Friday, 31 July 2015

Kutipan Jurnal Fisioterapi Vol. 7 no.12 Desember 2007 yang ditulis oleh bapak prof. dr. Soelarto Reksoprodjo, SpB, SpOT(Alm). Ijin Share, semoga bermanfaat bagi semua. 

CTEV (congenital talipes equino varus) adalah kelainaan bawaan bentuk kaki dan pergelangan kaki dimana posisi kaki dalam posisi varus-inversi dan equino-varus. Bentuk varus-inversi dimana kelainan terjadi pada bagian depan dan tengah kaki sedangkan equino-varus yaitu kelainan terjadi pada bagian belakang kaki. Keadaan ini disebabkan atau terdapat pada kelainan Arthrogryposis multiplex congenital, streeter dysplasia, spina bifida dengan myelo meningocele, diatrophic dwarfism, constriction band, dan cerebral palsy.

Secara etiologi, CTEV tidak diketahui, namun banyak teori mengenai kelainan ini yaitu:
1. Keturunan
2. Mekanik, tekanan intra uterin
3. Neuromyc maldevelepmrnt prenatal
4. Perkembangan janjin terhenti
5. Defek primer sperma
6. Keterlambatan rotasi dan non rotasi ekstremitas.

Whitman (1930) membagi klasifikasi kelainan major:
1. equinus
2. calcanues
3. varus
4. valgus

CTEV dinyatakan bila ditemukan adanya kelainan bentuk berikut:
1. kontraktur otot betis
2. fleksi jari kaki
3. kaki bagian depan adduksi
4. tumit varus
5. tibia rotasi interna

Swann (1969) menentang pendapat umum yang mengatakan bahwa tibia berotasi medial pada CTEV tidak dapat diperbaiki. Pada kenyataannya tibia yang tak terkoreksi, posisi sendi mortis pergelangan kaki terputar ke lateral.

Posisi kaki bayi secara fisiologis dalam perkembangannya terjadi sebagai berikut
1. sejak lahir sampai usia 2 tahun posisinya datar dan abduksi
2. pada usia 1 tahun otot berkembang melalui hecking dan mulai kegiatan merangkak
3. pada usia berdiri, bayi tidak perlu segera harus berjalan sebelum secara alamiah siap untuk itu
4. pada usia 2-4 tahun terbentuk lengkung longitudinal pada sendi longitudinal, dan pada saat ini kaki mulai berdeviasi. secara skematik ada 3 macam tipe kelainan bentuk CTEV yaitu talipes valgus, MT adductus, dan talipus varus.

terdapat tindakan untuk mencapai keberhasilan yaitu:
1. stimulasi berdiri yaitu saat bayi berdiri dapat didemonstrasikan posisi fungsional kaki.
2. melihat kedudukan tulang:
    a. menurut Turco: sudut talocalcaneal < 35 derajat capus os talus datar
    b. menurut Kite: sudut talocalcaneal < 20 derajat sedangkan sudut talometatarsal paraell.

Terapi
Terapi harus dimulai sedini mungkin yaitu begitu setelah tali pusat diikat, dilakukan manipulasi dengan hati-hati ke posisi normal. Bila sukar dilakukan sekaligus, maka lakukan secara bertahap dengan memperbaiki kaki depan. Kemudian pasang gips dalam posisi equinus secara bertahap dibuat posisi plantar grade dengan membuat wedging atau ganti koreksi gips setelah 1-2 minggu.




Hal ini untuk mencegah rocker bottom. Pada kaki CTEV yang rigid, adakalanya diperlukan pemajangan tendon achiles. Biasanya koreksi pembedahan dilakukan setelah usia 3 bulan bila koreksi  gips yang dilakuakn tiap 2 minggu tidak mencapai kemajuan.

Pada pembedahan, yang dilakukan adalah posteromedial soft tissue release dengan memanjangkan 4 tendon yaitu masing-masing
1. Tibialis posterior
2. Flexor digitorum communis
3. Flexor hallucis longus
4. Achilles

Selain itu dilakukan kapsulotomi posterior dan medial, serta ligament deltoid dan posterior tibia fibula, kemudian dalam imobilisasi dipasang gips (longleg plaster). Sesudah 2-3 minggu gips dibuka, jahitan luka operasi diangkat dan dipasang gips bawah lutut untuk 2-3 minggu lagi. baru kemudian diberikan Dennis Brown Splint dan ibunya dianjurkan untuk selalu melakukan gentle stretching. Untuk kasus yang terlambat ditangani (neglected cases), tindakan tergantung dari usia bayi atau anak, oleh karena soft tissue release tidak lagi memadai. Pada usia 4 tahun ke atas tindakan yang diambil adalah adalah dengan melakukan bony operation wedge osteotomi menurut Evans, di samping dilakuakn posteromedial soft tissue release.

Tindakan akhir yang definitif untuk kelainan ini adalah sesudah usia 10-12 tahun dengan melakukan triple arthrodesis. Follow-up, perlu diikuti sampai selesai tumbuh sehingga tidak timbul recurrence.


Evaluasi harus tetap dilakukan. Yang perlu diperhatkan adalah bentuk dan fungsi (lingkup gerak sendi) di samping pencitraan X-ray. Ada 7 parameter dalam menilai X-ray:
A. Kaki bagian belakang:
     1. AP : sudut talo-kalkaneal
     2. Timpang tindih talo navikuler
     3. Sudut Talokalkaneal dari samping (lateral)
     4. Posisi navikuler

B. Kaki bagian depan
    5. AP: sudut kalkaneus kejari kedua (metatarsal)
C. Deformitas sisa
    6. lateral: sudut kalkaneus-metatarsal
    7. Posisi dan kalkaneus

Perhatikan ukuran kaki, karena kaki akan lebih kecil terutama dapat kita lihat pada kelainan unilateral, betis yang hipotrofi dan selisih panjang tungkai.

Kriteria klinis disebut sempurna
a. apabila pada koreksi yang paripurna tercapai bentuk tanpa gejala dan dapat melaksanakan segala aktivitas fisik
b. lingkup gerak:
  - 25 derajat- 0 derajat- 25 derajat pergelangan
  - 15 derajat subtalar

Disebut baik
a. bila hampir terkoreksi sempurna
b. tidak ada gejala akan tetapi ada gangguan aktiviras yang ringan lingkup gerak:
 - 10 derajat- 0 derajat- 20 derajat pergelangan kaki
 - 10 derajat subtalar

Disebut cukup
a. bila terkoreksi partial
b. kekuatan betis menurun tanpa gangguan fungsional, lingkup gerak:
   - 0 derajat-10 derajat/20 derajat pergelangan kaki
   - 1o derajat subtalar
c. ada gangguan aktivitas kegiatan sehari-hari
d. perlu koreksi lebih dari 1 kali
e. diperlukan tindakan bedah

Disebut buruk
a. CTEV tak terkoreksi
b. kekuatan betis menurun
c. lingkup gerak terbatas, subtalar 5 derajat
d. ada keluhan nyeri pada kegiatan sehari-hari

komplikasi

komplikasi dapat terjadi pada berbagai cara tindakan, seperti:
1. pada cara konservatif
- masalah kulit, terjadi dekubitus oleh karena gips
- bentuk yang tidak terkoreksi
2. pada cara operatif
- masalah kulit, terjadi luka terbuka atau terinfeksi. Bila dipakai K-wire bisa terjadi pin track infection
- koreksi yang tidak sempurna
- bisa terjadi avaskuler neckrosis navikuler
- kaku
- nyeri pada waktu berjala
- over correction, maka menjadi planovalgus

 

Friday, 24 July 2015

Banyak orang yang tidak mengerti mengenai manfaat peregangan atau stretching dari otot otot tubuh.
Peregangan otot termasuk dalam seni kebugaran tubuh, dimana otot diregangkan berlawanan dengan geraknya secara lurus. Perenagan otot banyak dalam olahraga, yoga, pilates, dan sebagainya. Manfaatnya pun sangat banyak. Hal sederhana ini membawa dampak yang baik bagi kesehatan dan performa kita.

Berikut manfaat stretching:
1. Meningkatkan elastisitas serabut badan otot dan tendon otot.
2. Meningkatkan metabolisme otot
3. Meningkatkan aliran darah dan oksigen dari otot ke jantung dan sebaliknya
4. Mengurangi ketegangan jaringan otot
5. Menurunkan pemendekan serabut otot pada kasus kontraktur otot
6. Memelihara jaringan dan serabut kontraktil otot
7. Mencegah terjadinya cidera dan atau kelemahan

Berikut Gerakan stretching yang umum dan mudah untuk dilakukan

1. Peregangan otot trepzius

2. Peregangan otot lengan

3. Peregangan otot tangan

4. Peregangan otot pinggang

5. Peregangan otot paha

6. Peregangan otot  betis

7. Peregangan otot kaki




Lakukanlah 7 gerakan sederhana ini untuk memelihara kebugaran dan kesehatan otot-otot tubuh kita, karena otot juga membutuhkan perhatian kita.



Rahang kita memiliki sendi yang membuat kita dapat mengunyah makanan kita. Sendi pada rahang dapat mengalami cidera jika makanan yang kita kunyah terlalu kerasa. dan atau mengunyah terlalu lama sehingga otot-otot di sekitar rahang menjadi kelelahan yang menimbulkan cidera atau peradangan otot rahang.

Nyeri rahang sangat mengganggu. Sebagian besar mengeluhkan sulit untuk makan kembali. Ada pula yang mengeluhkan sulit membuka mulutnya karna rahangnya terasa kaku. Jika rahang terasa kaku, disitu terdapat problema pada sendinya. Elastisitas sendi rahang dapat menurun dan atau mengunci.


Kompleksnya otot dan ligament serta sendi yang terdapat pada sekitar rahang kita, membuat keluhan mengunyah, membuka mulut, menggosok gigi, dan berbicara menjadi memburuk jika terus kita biarkan begitu saja.

Nyeri bahu sangat kompleks penyebabnya. Secara umum, nyeri yang dirasakan membuat gerak lengan terbatas. Aktivitas dan tugas sehari-hari juga terganggu. Nyeri bahu timbul karena berbagai penyebab dari yang diketahui dan tidak diketahui.

Dari sekian banyak problema bahu, nyeri bahu k,arena sindroma penyempitan oleh jaringan di sekitar bahu merupakan kasus yang cukup lama penyembuhannya karena penyempitan jaringan lunak itu sendiri menimbulkan nyeri kronik dan  perubahaan elastisitas jaringan di sekitar bahu.

sindroma penyempitan jaringan bahu pertama kali dipopulerkan oleh Neer pada 1972. Ia menjelaskan bahwa antara insertio otot supraspinatus pada tuberculum mayor dan celah tendon bicipitalis anterior pada arcus acromion dimana bahu dalam posisi netral dan forward fleksi, struktur jaringan harus melewati arcus coracoacromial, jika tidak maka akan menimbulkan pneyempitan.

Sindroma penyempitan bahu merupukan efek kumulatif pada banyak jaringan dalam rotator cuff yang berhubungan dengan akrus coracoacromial. Akibatnya terjadi iritasi otot supraspinatus, tendon infraspinatus, bursa subacromial yang dapat berubah menjadi jaringan fibrous dan mengurangi jarak celah subacromial. Olehkarena itu, saat bahu bergerak akan terjadi microtear dan partial thickness pada rotator cuff. Jika dibiarkan saja, maka jaringan fibrous tersebut akan menimbulkan perubahan tulang menjadi osteofit yang berkembang di bawah arkus acromial dan menimbulkan full thickness rotator cuff.

Faktor secondary yang timbul dari sindroma penyempitan bahu ini menimbulkan hipomobilitas kapsul sendi atau hipermobilitas kapsul sendi yang mempengaruhi gerak arthrokinematic bahu. Kemudian akan terjadi stress mekanik bahu yang berhubungan dengan struktur jaringan lunak, sebagian rotator cuff, dan menyebabkan tendiniopati. Posisi skapula pada sangkar thorax juga berimbas dari disfungsi glenohumeral.

Pasokan nutrisi, oksigen, dan menurunnya aliran darah pada sekitar jaringan rotator cuff menyebabkan timbulnya criticaal zone rotator cuff. Nerr mendeskripsikan tiga stadium sindroma penyempitan bahu yaitu

a. Stadium I
Biasanya dialami individu usia muda kurang dari 25 tahun. Klien mengeluihkan rasa tidak nyaman pada bahunya. Stadium ini hanya terjadi peradangan pada tendon supraspinatus dan tendon biceps brachii caput longum.

b. Stadium II
Biasanya dialami individu usia 24 sampai 40 tahun. Pada stadium ini sudah terjadi perubahan fibrotik tendon supraspinatus dan bursa subacrimiial. Nyeri akan terasa meningkat pada malam hari dan rasa tidak nyaman saat beraktivitas. Jika jaringan sudah fibrous, saran untuk operasi dianjurkan.

c. Stadium III
Biasanya sering terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Pada stadium ini, individu sudah lama mengalami masalah pada bahu, sudah terjadi osteofit,  partial atau full thickness rotator cuff.

Sindroma penyempitan bahu terjadi disebabkan oleh hal berikut:

1. Otot atau tendon mengalami kelemahan yang menyebabkan penyempitan karena turunnya fungsi stabilitas caput humerus yang menyebabkan kerusakan tendon, disuse atropi, dan menambah kelemahan jaringan rotator cuff.

2. Bursa thickening yang menyebabkan penyempitan karena masalah pada subacromial yang menimbulkan thickneing besar pada bursa.

3. ketegangan capsular posterior yang menyebabkan penyempitan, diuses, dan kekakuan karena ketegangan kapsul yang memaksa caput humerus terangkat menghindari acromion.
faktor lain yang juga menyebabkan penyempitan yaitu kurang elastisnya kapsul dan stabilitas dinamic bahu tidak baik, akhirnya caput humerus berpindah posisi ke anterosuperior .


SIndroma penyempitan bahu dapat diobati dengan bedah arthroscopy atau arthrotomy dengan membuka kompresi subacromial. 

Total Pageviews

Search

Informasi

Jika Anda membutuhkan konsultasi terkait fisioterapi silahkan menghubungi melalui email physio.yuli@gmail.com

Artikel Populer