Kutipan Jurnal Fisioterapi Vol. 7 no.12 Desember 2007 yang ditulis oleh bapak prof. dr. Soelarto Reksoprodjo, SpB, SpOT(Alm). Ijin Share, semoga bermanfaat bagi semua.
CTEV (congenital talipes equino varus) adalah kelainaan bawaan bentuk kaki dan pergelangan kaki dimana posisi kaki dalam posisi varus-inversi dan equino-varus. Bentuk varus-inversi dimana kelainan terjadi pada bagian depan dan tengah kaki sedangkan equino-varus yaitu kelainan terjadi pada bagian belakang kaki. Keadaan ini disebabkan atau terdapat pada kelainan Arthrogryposis multiplex congenital, streeter dysplasia, spina bifida dengan myelo meningocele, diatrophic dwarfism, constriction band, dan cerebral palsy.
Secara etiologi, CTEV tidak diketahui, namun banyak teori mengenai kelainan ini yaitu:
1. Keturunan
2. Mekanik, tekanan intra uterin
3. Neuromyc maldevelepmrnt prenatal
4. Perkembangan janjin terhenti
5. Defek primer sperma
6. Keterlambatan rotasi dan non rotasi ekstremitas.
Whitman (1930) membagi klasifikasi kelainan major:
1. equinus
2. calcanues
3. varus
4. valgus
CTEV dinyatakan bila ditemukan adanya kelainan bentuk berikut:
1. kontraktur otot betis
2. fleksi jari kaki
3. kaki bagian depan adduksi
4. tumit varus
5. tibia rotasi interna
Swann (1969) menentang pendapat umum yang mengatakan bahwa tibia berotasi medial pada CTEV tidak dapat diperbaiki. Pada kenyataannya tibia yang tak terkoreksi, posisi sendi mortis pergelangan kaki terputar ke lateral.
Posisi kaki bayi secara fisiologis dalam perkembangannya terjadi sebagai berikut
1. sejak lahir sampai usia 2 tahun posisinya datar dan abduksi
2. pada usia 1 tahun otot berkembang melalui hecking dan mulai kegiatan merangkak
3. pada usia berdiri, bayi tidak perlu segera harus berjalan sebelum secara alamiah siap untuk itu
4. pada usia 2-4 tahun terbentuk lengkung longitudinal pada sendi longitudinal, dan pada saat ini kaki mulai berdeviasi. secara skematik ada 3 macam tipe kelainan bentuk CTEV yaitu talipes valgus, MT adductus, dan talipus varus.
terdapat tindakan untuk mencapai keberhasilan yaitu:
1. stimulasi berdiri yaitu saat bayi berdiri dapat didemonstrasikan posisi fungsional kaki.
2. melihat kedudukan tulang:
a. menurut Turco: sudut talocalcaneal < 35 derajat capus os talus datar
b. menurut Kite: sudut talocalcaneal < 20 derajat sedangkan sudut talometatarsal paraell.
Terapi
Terapi harus dimulai sedini mungkin yaitu begitu setelah tali pusat diikat, dilakukan manipulasi dengan hati-hati ke posisi normal. Bila sukar dilakukan sekaligus, maka lakukan secara bertahap dengan memperbaiki kaki depan. Kemudian pasang gips dalam posisi equinus secara bertahap dibuat posisi plantar grade dengan membuat wedging atau ganti koreksi gips setelah 1-2 minggu.
Hal ini untuk mencegah rocker bottom. Pada kaki CTEV yang rigid, adakalanya diperlukan pemajangan tendon achiles. Biasanya koreksi pembedahan dilakukan setelah usia 3 bulan bila koreksi gips yang dilakuakn tiap 2 minggu tidak mencapai kemajuan.
Pada pembedahan, yang dilakukan adalah posteromedial soft tissue release dengan memanjangkan 4 tendon yaitu masing-masing
1. Tibialis posterior
2. Flexor digitorum communis
3. Flexor hallucis longus
4. Achilles
Selain itu dilakukan kapsulotomi posterior dan medial, serta ligament deltoid dan posterior tibia fibula, kemudian dalam imobilisasi dipasang gips (longleg plaster). Sesudah 2-3 minggu gips dibuka, jahitan luka operasi diangkat dan dipasang gips bawah lutut untuk 2-3 minggu lagi. baru kemudian diberikan Dennis Brown Splint dan ibunya dianjurkan untuk selalu melakukan gentle stretching. Untuk kasus yang terlambat ditangani (neglected cases), tindakan tergantung dari usia bayi atau anak, oleh karena soft tissue release tidak lagi memadai. Pada usia 4 tahun ke atas tindakan yang diambil adalah adalah dengan melakukan bony operation wedge osteotomi menurut Evans, di samping dilakuakn posteromedial soft tissue release.
Tindakan akhir yang definitif untuk kelainan ini adalah sesudah usia 10-12 tahun dengan melakukan triple arthrodesis. Follow-up, perlu diikuti sampai selesai tumbuh sehingga tidak timbul recurrence.
Evaluasi harus tetap dilakukan. Yang perlu diperhatkan adalah bentuk dan fungsi (lingkup gerak sendi) di samping pencitraan X-ray. Ada 7 parameter dalam menilai X-ray:
A. Kaki bagian belakang:
1. AP : sudut talo-kalkaneal
2. Timpang tindih talo navikuler
3. Sudut Talokalkaneal dari samping (lateral)
4. Posisi navikuler
B. Kaki bagian depan
5. AP: sudut kalkaneus kejari kedua (metatarsal)
C. Deformitas sisa
6. lateral: sudut kalkaneus-metatarsal
7. Posisi dan kalkaneus
Perhatikan ukuran kaki, karena kaki akan lebih kecil terutama dapat kita lihat pada kelainan unilateral, betis yang hipotrofi dan selisih panjang tungkai.
Kriteria klinis disebut sempurna
a. apabila pada koreksi yang paripurna tercapai bentuk tanpa gejala dan dapat melaksanakan segala aktivitas fisik
b. lingkup gerak:
- 25 derajat- 0 derajat- 25 derajat pergelangan
- 15 derajat subtalar
Disebut baik
a. bila hampir terkoreksi sempurna
b. tidak ada gejala akan tetapi ada gangguan aktiviras yang ringan lingkup gerak:
- 10 derajat- 0 derajat- 20 derajat pergelangan kaki
- 10 derajat subtalar
Disebut cukup
a. bila terkoreksi partial
b. kekuatan betis menurun tanpa gangguan fungsional, lingkup gerak:
- 0 derajat-10 derajat/20 derajat pergelangan kaki
- 1o derajat subtalar
c. ada gangguan aktivitas kegiatan sehari-hari
d. perlu koreksi lebih dari 1 kali
e. diperlukan tindakan bedah
Disebut buruk
a. CTEV tak terkoreksi
b. kekuatan betis menurun
c. lingkup gerak terbatas, subtalar 5 derajat
d. ada keluhan nyeri pada kegiatan sehari-hari
komplikasi
komplikasi dapat terjadi pada berbagai cara tindakan, seperti:
1. pada cara konservatif
- masalah kulit, terjadi dekubitus oleh karena gips
- bentuk yang tidak terkoreksi
2. pada cara operatif
- masalah kulit, terjadi luka terbuka atau terinfeksi. Bila dipakai K-wire bisa terjadi pin track infection
- koreksi yang tidak sempurna
- bisa terjadi avaskuler neckrosis navikuler
- kaku
- nyeri pada waktu berjala
- over correction, maka menjadi planovalgus
CTEV (congenital talipes equino varus) adalah kelainaan bawaan bentuk kaki dan pergelangan kaki dimana posisi kaki dalam posisi varus-inversi dan equino-varus. Bentuk varus-inversi dimana kelainan terjadi pada bagian depan dan tengah kaki sedangkan equino-varus yaitu kelainan terjadi pada bagian belakang kaki. Keadaan ini disebabkan atau terdapat pada kelainan Arthrogryposis multiplex congenital, streeter dysplasia, spina bifida dengan myelo meningocele, diatrophic dwarfism, constriction band, dan cerebral palsy.
Secara etiologi, CTEV tidak diketahui, namun banyak teori mengenai kelainan ini yaitu:
1. Keturunan
2. Mekanik, tekanan intra uterin
3. Neuromyc maldevelepmrnt prenatal
4. Perkembangan janjin terhenti
5. Defek primer sperma
6. Keterlambatan rotasi dan non rotasi ekstremitas.
Whitman (1930) membagi klasifikasi kelainan major:
1. equinus
2. calcanues
3. varus
4. valgus
CTEV dinyatakan bila ditemukan adanya kelainan bentuk berikut:
1. kontraktur otot betis
2. fleksi jari kaki
3. kaki bagian depan adduksi
4. tumit varus
5. tibia rotasi interna
Swann (1969) menentang pendapat umum yang mengatakan bahwa tibia berotasi medial pada CTEV tidak dapat diperbaiki. Pada kenyataannya tibia yang tak terkoreksi, posisi sendi mortis pergelangan kaki terputar ke lateral.
Posisi kaki bayi secara fisiologis dalam perkembangannya terjadi sebagai berikut
1. sejak lahir sampai usia 2 tahun posisinya datar dan abduksi
2. pada usia 1 tahun otot berkembang melalui hecking dan mulai kegiatan merangkak
3. pada usia berdiri, bayi tidak perlu segera harus berjalan sebelum secara alamiah siap untuk itu
4. pada usia 2-4 tahun terbentuk lengkung longitudinal pada sendi longitudinal, dan pada saat ini kaki mulai berdeviasi. secara skematik ada 3 macam tipe kelainan bentuk CTEV yaitu talipes valgus, MT adductus, dan talipus varus.
terdapat tindakan untuk mencapai keberhasilan yaitu:
1. stimulasi berdiri yaitu saat bayi berdiri dapat didemonstrasikan posisi fungsional kaki.
2. melihat kedudukan tulang:
a. menurut Turco: sudut talocalcaneal < 35 derajat capus os talus datar
b. menurut Kite: sudut talocalcaneal < 20 derajat sedangkan sudut talometatarsal paraell.
Terapi
Terapi harus dimulai sedini mungkin yaitu begitu setelah tali pusat diikat, dilakukan manipulasi dengan hati-hati ke posisi normal. Bila sukar dilakukan sekaligus, maka lakukan secara bertahap dengan memperbaiki kaki depan. Kemudian pasang gips dalam posisi equinus secara bertahap dibuat posisi plantar grade dengan membuat wedging atau ganti koreksi gips setelah 1-2 minggu.
Hal ini untuk mencegah rocker bottom. Pada kaki CTEV yang rigid, adakalanya diperlukan pemajangan tendon achiles. Biasanya koreksi pembedahan dilakukan setelah usia 3 bulan bila koreksi gips yang dilakuakn tiap 2 minggu tidak mencapai kemajuan.
Pada pembedahan, yang dilakukan adalah posteromedial soft tissue release dengan memanjangkan 4 tendon yaitu masing-masing
1. Tibialis posterior
2. Flexor digitorum communis
3. Flexor hallucis longus
4. Achilles
Selain itu dilakukan kapsulotomi posterior dan medial, serta ligament deltoid dan posterior tibia fibula, kemudian dalam imobilisasi dipasang gips (longleg plaster). Sesudah 2-3 minggu gips dibuka, jahitan luka operasi diangkat dan dipasang gips bawah lutut untuk 2-3 minggu lagi. baru kemudian diberikan Dennis Brown Splint dan ibunya dianjurkan untuk selalu melakukan gentle stretching. Untuk kasus yang terlambat ditangani (neglected cases), tindakan tergantung dari usia bayi atau anak, oleh karena soft tissue release tidak lagi memadai. Pada usia 4 tahun ke atas tindakan yang diambil adalah adalah dengan melakukan bony operation wedge osteotomi menurut Evans, di samping dilakuakn posteromedial soft tissue release.
Tindakan akhir yang definitif untuk kelainan ini adalah sesudah usia 10-12 tahun dengan melakukan triple arthrodesis. Follow-up, perlu diikuti sampai selesai tumbuh sehingga tidak timbul recurrence.
Evaluasi harus tetap dilakukan. Yang perlu diperhatkan adalah bentuk dan fungsi (lingkup gerak sendi) di samping pencitraan X-ray. Ada 7 parameter dalam menilai X-ray:
A. Kaki bagian belakang:
1. AP : sudut talo-kalkaneal
2. Timpang tindih talo navikuler
3. Sudut Talokalkaneal dari samping (lateral)
4. Posisi navikuler
B. Kaki bagian depan
5. AP: sudut kalkaneus kejari kedua (metatarsal)
C. Deformitas sisa
6. lateral: sudut kalkaneus-metatarsal
7. Posisi dan kalkaneus
Perhatikan ukuran kaki, karena kaki akan lebih kecil terutama dapat kita lihat pada kelainan unilateral, betis yang hipotrofi dan selisih panjang tungkai.
Kriteria klinis disebut sempurna
a. apabila pada koreksi yang paripurna tercapai bentuk tanpa gejala dan dapat melaksanakan segala aktivitas fisik
b. lingkup gerak:
- 25 derajat- 0 derajat- 25 derajat pergelangan
- 15 derajat subtalar
Disebut baik
a. bila hampir terkoreksi sempurna
b. tidak ada gejala akan tetapi ada gangguan aktiviras yang ringan lingkup gerak:
- 10 derajat- 0 derajat- 20 derajat pergelangan kaki
- 10 derajat subtalar
Disebut cukup
a. bila terkoreksi partial
b. kekuatan betis menurun tanpa gangguan fungsional, lingkup gerak:
- 0 derajat-10 derajat/20 derajat pergelangan kaki
- 1o derajat subtalar
c. ada gangguan aktivitas kegiatan sehari-hari
d. perlu koreksi lebih dari 1 kali
e. diperlukan tindakan bedah
Disebut buruk
a. CTEV tak terkoreksi
b. kekuatan betis menurun
c. lingkup gerak terbatas, subtalar 5 derajat
d. ada keluhan nyeri pada kegiatan sehari-hari
komplikasi
komplikasi dapat terjadi pada berbagai cara tindakan, seperti:
1. pada cara konservatif
- masalah kulit, terjadi dekubitus oleh karena gips
- bentuk yang tidak terkoreksi
2. pada cara operatif
- masalah kulit, terjadi luka terbuka atau terinfeksi. Bila dipakai K-wire bisa terjadi pin track infection
- koreksi yang tidak sempurna
- bisa terjadi avaskuler neckrosis navikuler
- kaku
- nyeri pada waktu berjala
- over correction, maka menjadi planovalgus