Thursday 27 March 2014



The Aging Spine
Penuaan juga mempengaruhi segmen tulang belakang. Berikut efek aging pada spine:
A.      Efek pada Corpus vertebrae
Penuaan menyebabkan penurunan densitas tulang secara progresif yang dimulai pada usia 30-40 tahun dan berlangsung terus sepanjang hidup seseorang. Proses ini banyak dialami oleh wanita setelah 8-10 tahun post menopause. Penuaan mempengaruhi tulang rawan, khususnya corpus vertebrae. Penurunan masa tulang 1-2% per tahun dan dapat mencapai 12% dalam 2 tahun berdasakan oophorectomy. Penurunan ini terkait masa tulang atau osteopenia, menyebabkan kompresi, fraktur, yang dapat terjadi secara spontan atau trauma mendadak.

B.      Efek pada diskus intervertebralis

Penuaan menyebabkan diskus dehidrasi dan fisiochemical substance terganggu.  Pada serabut collagen menjadi kaku, mengeras, dan tidak elastic seiring penuaan yang menimbulkan formasi fibrous pada serabut collagen. Proses ini disebut maturation collagen dan proses ini terus meningkat setelah kisaran usia 40 tahun.

Nucleus pulposus
Sedikit demi sedikit, nucleus pulposus menurun struktut gelatin homogeneusnya, secara otomatis kemampuan shock absorber dari nucleus pulposus menurun. Selain itu terjadi perubahan alignment serabut annulus fibrous yang menurunkan tingkat elastisitasnya. Annulus fibrosus dan nucleus pulposus berkurang cairannya seiring bertambah usia. Proses aging ini mempengaruhi cartilaginous endplates yang mengurangi sumber nutrisi nucleus, yang selama ini nutrisi nucleus didapatkan dari endplates. Penurunan kemampuan dickus intervertebralis mnyebabkan penurunan mobilitas spine dan mudah terjadi kompresi diskus dan pergeseran diskus ke posterior atau posterolateral.

C.      Osteopit
Osteopit dapat terbentuk dari degenerasi diskus intervertebralis  ketika ujung-ujung endplate terkompresi dengan penipisan yang terjadi pada diskus intervertbralis.

D.      Facet Joints
Kekakuan sistem ligamentous, penurunan ketebalan diskus menyebabkan  instabilitas intervertebral joint dan dalam beberapa kasus terjadi joint hipomobility. Degenerasi diskus juga akan menyebabkan facet joint menjadi arthrosis dan terganggunya kelenturan ligament interspinosus. Pada kasus hiperlordosis, dua segmen spinal dapat berkontak pada regio lumbal yang dikenal dengan kissing spine , bila terjadi terus secara progresif beberapa derajat akan menjadi true arthrosis dengan kompresi antar corpus vertebrae.

E.       Trophostatic syndrome pada menopause



Degenerasi seluruh diskus intervertebralis pada intensitas maksimal  disebut trophostatic syndrome pada wanita menopause. Beratnya beban abdomen dan penurunan postur abdomen, secara bersamaan dengan postural collapse dan kompresi columna vertebralis menimbulkan deformitas. Hiperlordosis menyebabkan peningkatan stress pada facet lower lumbal joint. Peningkatan stress menimbulkan peningkatan pembagian beban dan menyebabkan anterolistesis dari sudut kurva lumbal. Konsekuensi dari stress yang sama terjadi retrolistesos vertebrae superior lumbal yang menyebabkan posisi istirahat vertebrae dalam posisi posterior pada subjacent vertebrae, meningkatkan pembagian beban pada facet joint.  Deformitas yang terjadi pada prosesus spinosus yang saling berkontak satu sama lain menjadi arthrosis.

F.       Foramen Intervertbralis
Foramen intervetbralis juga mengalami perubahan sebagai hasil dari proliferasi osteopit dan degenerasi diskus  sehingga terjadi penyempitan pada foramen intervetebralis.



0 comments:

Total Pageviews

Search

Informasi

Jika Anda membutuhkan konsultasi terkait fisioterapi silahkan menghubungi melalui email physio.yuli@gmail.com

Artikel Populer