Wednesday 17 April 2019



Hiperkhyposis atau round back postur merupakan kondisi abnormalitas pada thoracal spine dimana terjadi peningkatan derajat kelengkungan thoracal spine.
Saat ini literatur yang membahas derajat normal kelengkungan thoracal spine masih belum mematok berapa besaran yang tepat untuk dikatakan bahwa postur mengalami hiperkhyposis. Yang pasti, derajat thoracal spine antara pria dan wanita dewasa itu berbeda, apalagi anak-anak. Oleh karena itu, patokan umum yang dipakai di klinis mengatakan bahwa sudut thoracal lebih dari 40 derajat termasuk kategori hiperkhyposis.

Hiperkhyposis dapat disebabkan secara kongenital dan dapatan.
hiperkyposis dapatan dari faktor kebiasaan sikap sehari-hari, penyakit parkinson, back pain, trauma, kelemahan otot dan sebagainya.

Akibat dari hiperkhyposis yaitu
1. kelemahan otot rhomboideus
2. pemendekan otot pectoralis mayor
3. penyempitan pernapasan
4. kelemahan core stability
dan tentu saja secara estettika sangat tidak menarik.

Cara  mengukur hiperkhyposis dengan flexible ruller
1. siapkan flexible ruller sepanjang 60cm, pulpen, dan kertas milimeter blok ukuran A3

2. klien dalam posisi berdiri rileks (bisa juga siku posisi 90 derajat menyender dinding)
3. letakkan flexible ruller dari processus C7 hingga TH12 untuk mencetak kurva dari thoracal

4. angkat hati-hati flexible ruller dengan memegang ujung atas dan bawah tanpa merubah bentuknya
5. letakkan flexible ruller hasil pengukuran di atas milimeter blok kemudian cetak garis lengkungnya

6. temukan titik C7 dan Th12

7. pada pundak thoracal temukan ke garis tengah seperti gambar berikut

8.  Kemudian berikan tanda untuk rumus sebagai berikut
hitung jarak
-C7 ke T12 --> X total
-H ke T12 --> X middle
- H

maka berikut rumus yang harus dimasukkan ke microsoft excel

untuk konfirmasi apakah data sudah tepat, dapat menggunakan rumus berikut

flexible ruller ini juga dapat mengukur derajat kurva lordosis dan kelengkungan kurva pada spine dengan rumus yang sama.



sumber : berbagai sumber penelitian

kelebihan pengukuran dengan flexible ruller ini yaitu efisiensi secara cost dimana tidak seperti metode cobs yang mengharuskan rontgen terlebih dahulu.

semoga bermanfaat .
terima kasih



Flaat foot atau pes planus merupakan kondisi dimana terjadi abnormalitas menurunnya derajat kelengkungan pada arcus longitudinal.
Adapun flat foot dapat disebabkan oleh faktor kongenital dan dapatan.
flat foot kongenital dapat berupa fleksibel flat foot dan rigid flat foot.
Flat foot dapatan bisa karena obesitas, arthritis, ruptur tendon tibialis posterior, fraktur malunion, dan kondisi sepatu.

Akibat dari adanya kondisi flat foot yaitu mempengaruhi keseimbangan postural, plantar fascitis, mudah mengalami cidera, dan sebagainya.
Adapun klasifikasi derajat flat foot yaitu:

1. Derajat 1: kaki masih punya arkus meski sangat sedikit, dimana sisi
medial aksis kaki berbentuk konkaf mempunyai nilai rerata + SB
sebesar -1,13+ (0,64) cm.
2.   Derajat 2: kaki sudah tak punya arkus sama sekali, tidak melewati
aksis dan berbentuk rektilinear, nilai rerata derajat 2 sebesar -2,58 +
(0,10)cm.
3.   Derajat 3: pada derajat ini, kaki tak hanya tidak punya arkus, namun
juga  terbentuk sudut di pertengahan kaki yang arahnya ke luar dan batas medial sidik tapak kaki berbentuk konveks dan tidak melewati
aksis, nilai rerata derajat 3 sebesar -3,33 + (0,45)cm.

Bagaimana cara mengukur lengkung arcus longitudinal tanpa foto rontgen?


Cara pengukurannya sebagai berikut:
1. Siapkan penggaris dan spidol.
2. klien duduk dengan posisi rileks. kaki yang akan diukur diletakkan di atas kursi.

3. palpasi malleolus medial kemudian berikan titik dengan spidol

4. palpasi caput metatarsal I kemudian berikan titik dengan spidol

5. kemudian hubungkan titik maleolus medial dan caput metatarsal I

6. palpasi tuberositas navicular kemudian berikan titik

7. Minta klien untuk berdiri dengan tumpuan berat badan

8. Palpasi tuberositas navicular kemudian berikan titik
9. Ukur jarak antara pengukuran tuberositas navicular 1 dan tuberisitas navicular 2


berikut grading pengukuran
- grade I : tuberositas navicular turun 1/3di atas permukaan lantai
- grade II: tuberositas navicular turun 2/3 di atas permukaan lantai
- grade III : tuberositas navicular turun menyentuh permukaan lantai

sumber : dr.sunit physiotherapist youtube

ada beberapa referensi pengukuran grading flat foot seperti dengan metode menggambar telapak kaki di atas kertas kemudian menghitung sudut navicular, metode rontgen, dan metode di atas. Apapun cara yang Anda pilih untuk pengukuran ini, akurat atau tidaknya hasil screening klinis ini perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam untuk efektifitasnya.




Total Pageviews

Search

Informasi

Jika Anda membutuhkan konsultasi terkait fisioterapi silahkan menghubungi melalui email physio.yuli@gmail.com

Artikel Populer