Salam Gerak Sehat
#pilihfisioterapi
Pada kesempatan kali ini, Physio Yuli akan membahas mengenai peran fisioterapi pada penderita penyakit jantung paru dan pembuluh darah. Sebetulnya apa sajakah yang dapat dilakukan seorang Fisioterapi pada penderita ini?
Perlu diketahui bahwa penyakit jantung paru dan pembuluh darah sangatlah kompleks. Penyakit jantung paru dan pembuluh darah membutuhkan tindakan intervensi medis kedokteran dengan obat, invasif, dan operasi. Keputusan medis dibuat berdasarkan hasil screening atau pemeriksaan menyeluruh dari penderita keluhan jantung paru dan pembuluh darah tersebut. Pemeriksaan melalui EKG, Echografi, Laboratorium, EEG, CT-scan, dan sebagainya. Berdasarkan hasil screening tersebut akan diperoleh diagnosa akurat yang selanjutnya ditindaklanjuti inform concent kepada pasien dan keluarga terhadap keputusan klinis yang akan ditempuh guna intervensi yang akan dilakukan dokter spesialis jantung paru dan pembuluh darah.
- Mencegah maupun mengatasi komplikasi paska bedah
- Meningkatkan kemampuan aktivitas VO2max
komplikasi
- nyeri paska operasi
- penurunan curah jantung
- perubahan cairan
- perubahan tekanan darah
- perdarahan paska operasi
- infeksi luka
- Tamponade jantung awal
- Disfungsi neurologi
- dll
#pilihfisioterapi
Pada kesempatan kali ini, Physio Yuli akan membahas mengenai peran fisioterapi pada penderita penyakit jantung paru dan pembuluh darah. Sebetulnya apa sajakah yang dapat dilakukan seorang Fisioterapi pada penderita ini?
Perlu diketahui bahwa penyakit jantung paru dan pembuluh darah sangatlah kompleks. Penyakit jantung paru dan pembuluh darah membutuhkan tindakan intervensi medis kedokteran dengan obat, invasif, dan operasi. Keputusan medis dibuat berdasarkan hasil screening atau pemeriksaan menyeluruh dari penderita keluhan jantung paru dan pembuluh darah tersebut. Pemeriksaan melalui EKG, Echografi, Laboratorium, EEG, CT-scan, dan sebagainya. Berdasarkan hasil screening tersebut akan diperoleh diagnosa akurat yang selanjutnya ditindaklanjuti inform concent kepada pasien dan keluarga terhadap keputusan klinis yang akan ditempuh guna intervensi yang akan dilakukan dokter spesialis jantung paru dan pembuluh darah.
Penyakit jantung paru dan pembuluh darah memiliki beberapa kelas seperti pada penderita penyakit angina pectoris stabil dimana CSS kelas 1,II, dan III dapat menjalani serangkaian program exercise sebagai intervensi tanpa operasi yang dapat menurunkan kelas CSS penderita. Angina pectoris merupakan gangguan supply oksigen ke jantung yang diakibatkan oleh berbagai faktor gaya hidup dan kurangnya aktivitas fisik, keluhan berupa nyeri dada, berkeringat dingin, gemetar, pusing, sesak napas, yang dipicu aktivitas tertentu berdasarkan CSS kelasnya. Angina pectoris stabil paling banyak diderita penduduk dunia, hal ini tentu saja muncul karena faktor gaya hidup penderita. Angina pectoris dapat berlanjut menjadi penyakit miokard infark yaitu adanya penyumbatan pada otot jantung yang menghentikan aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel jantung menjadi mati(nekrosis miokard). Penyakit jantung koroner sendiri yang merupakan penyumbatan arteri koroner jantung akibat tumpukan plak pada dinding arteri yang mengganggu supply aliran darah dan oksigen ke jantung juga kebanyakan dimulai dengan gejala angina. Sebetulnya yang membedakan ketiga gangguan jantung ini yaitu pada angina terganggunya supply oksigen ke otot jantung, jantung koroner terganggunya supply darah dan oksigen ke jantung karena plak pada dinding arteri koroner, dan infark miokard dimana kematian pada sel-sel jantung karena sumbatan supply aliran darah dan oksigen ke otot jantung terhenti. Tindakan medical treatment, percutaneous coronary
intervention (PCI), and coronary artery bypass grafting (CABG) pada penyakit jantung koroner dapat meningkatkan kualitas hidup pada penderita.
Pada penyakit paru yang sebagian besar didominasi oleh penyakit paru obstruktif dan bronkhitis kronis diakibatkan gaya hidup penderita dan atau faktor keturunan merupakan penyakit paru yang dapat ditangani medical treatment dan metode konservatif dengan program exercise pernapasan. Problem utama pada penyakit paru obstruktif dimana penderita sesak napas karena volume ekspirasi yang rendah yang juga dialami penderita asma. Penyakit paru obstruktif secara medis tidak dapat disembuhkan, tetapi penderita dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan program exercise dan merubah gaya hidup. Sedangkan pada bronkhitis perlu penanganan medical treatment menyeluruh agar terjadi kesembuhan yang maksimal dan ditunjang dengan program exercise.
Penyakit pembuluh darah jantung sebetulnya lebih banyak didimoninasi penderita deep vena thrombosis yang dimana terdapat plak pada pembuluh vena bisa terjadi di vena tungkai bawah seperti belakang lutut dan betis. Plak (trhombus) pada vena dapat terlepas dan mengalir hingga menyumbat jantung. Untuk itu, diperlukan prinsip penanganan medis dan keputusan klinis operasi dan ditunjang dengan stocking (bila plak masih tipis). Selain itu, penyumbatan arteri pada arteri ekstremitas (lengan dan tungkai) dapat membuat paralisis (kelumpuhan ) dari segmen yang dilewati. Paralisis dapat berupa monoplegi, diplegi, triplegi, dan quadriplegi. Penyumpatan arteri di leher juga dapat membuat paralisis pada wajah dan dada atas.
Selanjutnya penangangan fisioterapi pada jantung paru dan pembuluh darah memiliki prinsip meningkatkan kualitas hidup dan perbaikan performa fisik dan psikis penderita berdasarkan tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehablitatif. Adapun program fisioterapi dapat dimulai pada fse pre dan post operasi jantung paru dan pembuluh darah.
Fase pre operasi dimulai pada saat penderita rawat inap di rumah sakit menunggu waktu operasi. Peran fisioterapi berupa latihan fisik aktif dan pernapasan untuk mempersiapkan penderita menjalani operasi.
Fase post operasi dibagi ke dalam 3 fase rehablitasi yaitu:
- Fase I intra hospital
dimana post operasi penderita setelah 48 jam saat pasien dirawat untuk mengatasi efek tirah baring akibat sakit pembedahan dengan target pasien mampu melakukan aktifitas harian untuk menolong diri sendiri, mencapai kapasitas aerobik yaitu mampu berjalan 1,5km selama 30 menit dan memahami faktor resiko penyakit yang diderita dan mengetahui aktivitas yang aman.
Tujuan:- Mencegah maupun mengatasi komplikasi paska bedah
- Meningkatkan kemampuan aktivitas VO2max
komplikasi
- nyeri paska operasi
- penurunan curah jantung
- perubahan cairan
- perubahan tekanan darah
- perdarahan paska operasi
- infeksi luka
- Tamponade jantung awal
- Disfungsi neurologi
- dll
- Fase II early ambulatory
dimana pasien sudah memasuki rawat jalan dengan program latihan 4-8 minggu dengan target faktor resiko terkontrol, mencapai kapasitas aerobik 6 mets yaitu mampu berjalan 3km selama 30 menit dan kembali bekerja.
- Fase III maintanance
dimana pasien sudah mandiri yang merupakan masa maintanance dalam masa latihan 6 bulan dengan dan penagturan diet, dapat dilakukan di rumah atau komunitas dengan target mencapai kapasitas aerobik 6-8 mets yaitu mampu berjalan 3-4km selama 30 menit.
Adapun berbagai indikasi program fisioterapi sebagai berikut:
- paska bedah pintas koroner (CABG), bedah katup, kongenital
- Inafrk miokard akut
- Tindakan angioplasti koroner
- Gagal jantung
- Penyakit jantung koroner tanpa intervensi
- Penyakit arteri perifer
- Pemasangan ICD/ PPM
- Mempunyai faktor resiko tinggi penyakit jantung dan pembuluh darah
- Kelompok khusus dengan penyakit/ resiko kardiovaskuler (wanita, geriatri)
- Suddent cardiack death syndrome
Kontraindikasi program fisioterapi sebagai berikut:
- Angina tidak stabil
- Hipertensi tidak terkontrol TDS (tekanan darah sistole) istirahat > 180 mmHg/ TDD (tekanan darah diastole) istirahat >110 mmHg
- Gagal jantung NYHA IV
- Aritmia ventrikel kompleks
- Hipertensi arteri paru > 60mmHg
- Thrombus intrakardiak
- Tromboflebitis baru dengan atau tanpa emboli paru
- Kardiomiopati obstruktif berat
- Stenosis aorta berat
- Inflamasi atau infeksii tidak terkendali
- Tekanan darah menurun > 20 mmHg
- Sinus takikardi (HR>120x/menit)
- Perikarditis akut atau miokarditis akut
AV blok derajad 3 tanpa pacu jantung
- Perubahan ST segmen saat istirahat > 2mm
- DM tidak terkontrol
Kondisi metabolik seperti thiroiditis akut, hipok, hiperK, atau hipovolemia
Adapun program pra operasi Fisioterapi berupa
- penjelasan alat-alat medis yang akan terpasang
- penjelasan pentingnya latihan setelah operasi
- latihan pernapasan dalam
- teknik batuk efektif dan dan huffing
- latihan gerak ekstremitas, bahu dan leher
- Cara bangun untuk duduk dan berdiri
Program Fisioterapi paska operasi
- chest fisioterapi berupa postural drainage, clapping, vibrasi, batuk efektif/huffing
- latihan pernapasan dalam yaitu breathing control, thoracic expansion exercise, forced expiration technique, purse lip breathing
- latihan gerak pada leher, baju, ekstremitas atas dan bawah
- latihan mobilisasi (transfer dan ambulasi) berupa latihan duduk di tepi bed, duduk di kursi, latihan berjalan
- koreksi postur dimulai sejak di tempat tidur sampai berjalan
Demikian peran fisioterapi pada penderita jantung paru dan pembuluh darah. Pencegahan dapat dimulai dengan hidup sehat yaitu menjauhi asap rokok, menghindari makanan lemak jenuh, dan rutin berjalan kaki.
Selanjutnya saya akan membahas kapasitas Aerobik pada artikel berikutnya dalam website ini.
Semoga bermanfaat
#pilihfisioterapi
0 comments:
Post a Comment