The Aging Spine
Penuaan juga mempengaruhi segmen tulang belakang. Berikut
efek aging pada spine:
A. Efek
pada Corpus vertebrae
Penuaan menyebabkan penurunan densitas
tulang secara progresif yang dimulai pada usia 30-40 tahun dan berlangsung
terus sepanjang hidup seseorang. Proses ini banyak dialami oleh wanita setelah
8-10 tahun post menopause. Penuaan mempengaruhi tulang rawan, khususnya corpus
vertebrae. Penurunan masa tulang 1-2% per tahun dan dapat mencapai 12% dalam 2
tahun berdasakan oophorectomy. Penurunan ini terkait masa tulang atau
osteopenia, menyebabkan kompresi, fraktur, yang dapat terjadi secara spontan
atau trauma mendadak.
B. Efek
pada diskus intervertebralis
Penuaan menyebabkan diskus dehidrasi dan
fisiochemical substance terganggu. Pada
serabut collagen menjadi kaku, mengeras, dan tidak elastic seiring penuaan yang
menimbulkan formasi fibrous pada serabut collagen. Proses ini disebut
maturation collagen dan proses ini terus meningkat setelah kisaran usia 40
tahun.
Nucleus pulposus
Sedikit demi sedikit, nucleus pulposus
menurun struktut gelatin homogeneusnya, secara otomatis kemampuan shock
absorber dari nucleus pulposus menurun. Selain itu terjadi perubahan alignment
serabut annulus fibrous yang menurunkan tingkat elastisitasnya. Annulus
fibrosus dan nucleus pulposus berkurang cairannya seiring bertambah usia.
Proses aging ini mempengaruhi cartilaginous endplates yang mengurangi sumber
nutrisi nucleus, yang selama ini nutrisi nucleus didapatkan dari endplates. Penurunan
kemampuan dickus intervertebralis mnyebabkan penurunan mobilitas spine dan
mudah terjadi kompresi diskus dan pergeseran diskus ke posterior atau
posterolateral.
C. Osteopit
Osteopit dapat terbentuk dari degenerasi
diskus intervertebralis ketika ujung-ujung
endplate terkompresi dengan penipisan yang terjadi pada diskus intervertbralis.
D. Facet
Joints
Kekakuan sistem ligamentous, penurunan
ketebalan diskus menyebabkan
instabilitas intervertebral joint dan dalam beberapa kasus terjadi joint
hipomobility. Degenerasi diskus juga akan menyebabkan facet joint menjadi
arthrosis dan terganggunya kelenturan ligament interspinosus. Pada kasus
hiperlordosis, dua segmen spinal dapat berkontak pada regio lumbal yang dikenal
dengan kissing spine , bila terjadi terus secara progresif beberapa derajat
akan menjadi true arthrosis dengan kompresi antar corpus vertebrae.
E. Trophostatic
syndrome pada menopause
Degenerasi seluruh diskus intervertebralis
pada intensitas maksimal disebut trophostatic
syndrome pada wanita menopause. Beratnya beban abdomen dan penurunan postur
abdomen, secara bersamaan dengan postural collapse dan kompresi columna
vertebralis menimbulkan deformitas. Hiperlordosis menyebabkan peningkatan
stress pada facet lower lumbal joint. Peningkatan stress menimbulkan
peningkatan pembagian beban dan menyebabkan anterolistesis dari sudut kurva
lumbal. Konsekuensi dari stress yang sama terjadi retrolistesos vertebrae
superior lumbal yang menyebabkan posisi istirahat vertebrae dalam posisi
posterior pada subjacent vertebrae, meningkatkan pembagian beban pada facet
joint. Deformitas yang terjadi pada
prosesus spinosus yang saling berkontak satu sama lain menjadi arthrosis.
F. Foramen
Intervertbralis
Foramen intervetbralis juga mengalami
perubahan sebagai hasil dari proliferasi osteopit dan degenerasi diskus sehingga terjadi penyempitan pada foramen
intervetebralis.
0 comments:
Post a Comment