Sunday, 2 November 2014


Cidera dalam aktivitas bekerja dan atau berolahraga membuat jaringan tubuh tersebut mengalami luka yang mengeluarkan zat zat iritan nyeri dan kemudian muncul 5 tanda peradangan yaitu merah, hangat, bengkak, nyeri, dan penurunan fungsi. Peradangan ini dikenal dengan peradangan akut. 

Pada gambar di atas menjelaskan bahwa cidera awal dan cidera kedua karena trauma dan berkaitan dengan proses peradangan dan repair. Cidera awal yang merupakan hasil dari trauma yang secara langsung pada sel tersebut. Cidera kedua ( terkadang dikenal sebagai hypoxia kedua) yang merupakan respon tubuh terhadap trauma. Respon ini meliputi penurunan sirkulasi darah pada regio trauma yang menyebabkan vasokontriksi, yang menurunkan jumlah oksigen pada area cidera. Selain itu, sel tambahan mati karena secondary hipoxia; kematian sel berkembang menjadi hematoma. 

Degenerasi sel atau kematian sel melepaskan substansi potensial yang dapat merubah peredaran darah. Sebagian besar substansi histamin yang meningkatkan permeablitas pembuluh darah kapiler dan membiarkan cairan dan sel darah melepaskan diri ke dalam celah interstitial. Pada area noninjury, plasma dan protein darah melepaskan diri dari pembuluh darah kapiler oleh gerakan osmosis dan difusi ke dalam celah interstitial tetapi diabsorbsi. 
Sistem homeostatis tubuh menjaga coloid dalam sistem pembuluh darah. Trauma menimbulkan peningkatan permeabilitas jaringan kapiler sebagai hasil dari pelepasan sel enzim yang membiarkan plasma darah dan protein melepaskan diri dalam jaringan. Bersamaan dengan itu, konsentrasi koloid yang besar meningkatkan jaringan sekeliling membalikan pengaruh koloid. Lebih banyak lagi koloid menarik kembali cairan kebdalam pembuluh kapiler, koloid  keluar dari pembuluh darah menyebabkan cairan tambahan menjadi tertarik ke dalam jaringan interstitial menimbulkan pembengkakan dan edema. 

Reaksi tubuh setelah cidera yaitu mobilisasi dan transportasi komponen pertahanan darah ke dalam area cidera. Pertama, aliran darah menurun, yang menimbulkan sel darah putih meningkat dalam pembuluh darah. Sel ini mengikuti dinding pembuluh darsh dan mengalir masuk ke jaringan interstitial. Ketika dalam jaringan sekeliling, sel putih memindahkan zat iritan oleh proses phagositosis. Neutrofil merupakan sel darah putih pertama yang keluar dan secara normal menghancurkan bakteri. Karena bakteri biasanya tidak berkaitan dengan cidera atletik, neutofil ini mati. Kemudian macrofag muncul dan phagocit mematikan neutrofil, ael penghancur, fibrin, sel darah merah, dan penghancur lainnya yang menghalangi proses repair. Sayangnya, destruksi neutrofil menghasilkan pelepasan enzim ptoteolitik aktif yang dapat menerang jaringan sendi. Selain itu, proses natural tubuh terhadap racun dan zat asing, proses panjang ini akan merusak sekeliking struktur sendi. 

Setelah proses pertahanan inflamasi selesai, proses repair akan dimulai. Pembersihan macrofag dan repair terjadi secara simultan. Bagaimanapun, untuk proses repair dapat tejadi, hematoma harus dihilangkan untuk pertumbuhan jaringan baru. Ukuran hematoma atau jumlah eksudat secara lansing berkaitan drngan total waktu penyembuhan. Jika jumlah hematoma dapat dikurangi, proses penyembuhan dapat berjalan lebih awal dan waktu total penuembuhan dapat berkurang. 


0 comments:

Total Pageviews

Search

Informasi

Jika Anda membutuhkan konsultasi terkait fisioterapi silahkan menghubungi melalui email physio.yuli@gmail.com

Artikel Populer