Friday, 21 February 2014







 
  1. Pengertian Stroke
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Menurut kamus kedokteran ‘ Dorlan’ Stroke adalah serangan mendadak dan berat; disebut juga ictus, sindrom stroke, denyutan.    
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi akibat pembentukan thrombus di suatu arteri serebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat pendarahan otak. Pada stroke, terjadi hipoksia serebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron. Kerusakan otak karena stroke, terjadi sebagai akibat pembengkakan dan edema yang timbul dalam 24-72 jam pertama setelah kematian neuron.
Secara ringkas, Stroke adalah cedera vaskular akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai. Stroke juga merupakan penyakit neurologik (saraf) yang paling sering menyebabkan kecacatan dan kematian. Oleh karena itu, stroke akut dapat disebut sebagai brain attack atau serangan otak.
B.     Memahami Anatomi otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta hipotalamus. Otak tengah menjadi tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus. Sedangkan otak belakang menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan cerebellum.
Otak belakang terdiri dari tiga bagian. Yang pertama medulla oblongata, yang sesungguhnya merupakan perpanjangan sum-sum tulang belakang di dalam tengkorak. Selain memuat area naik turun menuju dan dari bagian otak yang lebih tinggi, medulla juga memuat beberapa nucleus penting yang mengendalikan pernapasan dan denyut jantung. Bagian lebih atas medulla terdiri dari kumpulan nucleus sebesar jari kelingking yang disebut reticular formation (sekumpulan saraf). ia merupakan sistem pengatur tidur, berjalan, dan kewaspadaan. Bagian kedua adalah pons varoli (serat saraf otak), yang dalam bahasa latin berarti jembatan. Ia terutama merupakan jalur yang menghubungkan dua belahan otak berikutnya, yang disebut cerebellum (otak kecil). Cerebellum yang dalam bahasa latin artinya ‘otak mini’, pada kenyataanya berbentuk seperti otak berukuran kecil, dan utamanya berperan dalam mengoordinasikan gerakan tak sadar.
Otak tengah pada manusia merupakan bagian terkecil dari otak. Ia menghubungkan otak belakang dengan otak depan, dan terdiri dari beberapa jalur yang penting bagi pendengaran dan penglihatan. Pada bayi binatang dan juga bayi manusia, ukuran bagian ini jauh lebih besar.
Otak depan merupakan bagian otak terbesar dibagi dalam bagian-bagian berikut
1.      Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian kecil otak yang terdapat tepat di bawah thalamus pada kedua sisi rongga ketiga. (Rongga itu merupakan area di dalam otak besar yang berisi cairan serebrospinal, dan berhubungan dengan cairan tulang belakang). Ia berada tepat di bagian dalam dua sistem saraf optik, dan tepat di atas (dan terkait erat dengan) kelenjar pituitary.  Hipotalamus merupakan salah satu bagian otak paling sibuk, dan sangat berkenaan dengan homeostatis. Homeostatis adalah proses pengembalian sesuatu pada beberapa ‘titik rangkaian’. Hipotalamus berperan penting dalam mengatur rasa lapar, haus, respon terhadap rasa sakit, tingkat kesenangan, kepuasan seksual, kemarahan, dan perilaku agresif. Ia juga mengatur pemfungsian system saraf simpatik dan parasimpatik, yang pada gilirannya memaksudkannya untuk mengatur hal-hal seperti denyut nadi, tekanan darah, pernapasan, dan kegairahan akibat lingkungan emosional.
2.      Hippocampus
Hippocampus terdiri dari dua ‘tanduk’ yang melengkung ke belakang dari amygdala. Ia tampak sangat penting dalam mengubah hal-hal yang ‘ada di benak’ pada saat tertentu (memori jangka pendek) menjadi hal-hal yang akan kita ingat selamanya (memori jangka panjang). Jika hippocampus rusak, seseorang tidak bias membangun memori baru, dan hidup meskipun di dunia asing dimana segala yang mereka alami masa sebelum cedera pun tidak tergapai.
3.      Amygdala
Amygdala adalah dua kumpulan neuron pada sisi lain thalamus di dasar hippocampus. Ketika ia distimulasi secara elketrik, binatang merespon dengan agresi. Dan jika amygdale diangkat, binatang juga menjadi acuh tak acuh terhadap stimuli yang menyebabkan ketakutan dan juga respon-respon seksual. 
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Arteri adalah pembuluh yang mengangkut darah kaya akan oksigen dan nutrien, misalnya glukosa ke otak. Vena adalah pembuluh yang membawa darah yang telah digunakan dan zat sisa menjauhi otak. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama, sekitar 100 miliar, tetapi jumlah koneksi di antara berbagai neuron berbeda-beda. Pada seorang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.
Pengaliran darah ke otak dilakukan oleh dua pembuluh arteri utama yaitu sepasang arteri karotis interna yang mengalir sekitar 70% dari keseluruhan jumlah darah otak dan sepasang arteri vertebralis yang memberikan 30% sisanya. Arteri karotis bercabang menjadi arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media yang memperdarai daerah depan hemisfer cerebri, pada bagian belakang otak dan di bagian otak dibalik lobus temporalis. Kedua bagian otak terakhir ini memperoleh darah dari arteri cerebri posterior yang berasal dari arteri vertebralis. Peredaran darah otak dipengaruhi oleh beberapa faktor : (1) Tekanan darah dikepala (perbedaan antara tekanan arterial dan venosa pada daerah setinggi otak), tekanan darah arteri yang penting dan menentukan rata -rata 70 mmHg, dan dibawah tekanan ini akan terjadi pengurangan sirkulasi darah yang serius (2) Resistensi cerebrovasculer: Resistensi aliran darah arteri melewati otak dipengaruhi oleh : (a)Tekanan liquor cerebrospinalis intracranial, peningkatan resistensi terhadap aliran darah terjadi sejajar dengan meningginya tekanan liquor cerebrospinalis, pada tekanan diatas 500 mm air, terjadi suatu restriksi sirkulasi yang ringan sampai berat (b)Viskositas darah : Sirkulasi dapat menurun lebih dari 50 % pada polycythemia, suatu peningkatan yang nyata didalam sirkulasi darah otak dapat terjadi pada anemia berat (c) Keadaan pembuluh darah cerebral, terutama arteriole : Pada keadaan patologis, blok ganglion stelata dapat mengalami kegagalan untuk mempengaruhi aliran darah otak.
  1. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
1.      stroke hemoragik (perdarahan)                           
                             
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling mematikan, tetapi relatif hanya menyusun sebagian kecil dari stroke total : 10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan subaraknoid.
Perdarahan dari sebuah arteri intrakranium biasanya disebabkan oleh aneurisma (arteri yang melebar) yang pecah atau Karena suatu penyakit.
Penyakit yang meyebabkan dinding arteri menipis dan rapuh adalah penyebab tersering perdarahan intraserebrum. Penyakit semacam ini adalah hipertensif ( peningkatan tekanan darah) atau angiopati amiloid (di mana terjadi pengendapan protein di dinding arteri-arteri kecil di otak).
 Pecahnya sebuah aneurisma merupakan penyebab tersering perdarahan subaraknoid. Pada perdarahan subaraknoid, darah didorong ke dalam ruang subaraknoid yang mengelilingi otak. Kadang-kadang terjadi gejala nyeri kepala yang timbul mendadak, parah, dan tanpa sebab yang jelas dan disertai oleh muntah, kaku leher, atau kehilangan kesadaran, tetapi jika diabaikan gejala ini akan berakibat fatal.

2.      stroke non hemoragik (non pendarahan) atau Ischemic Stroke
                                      
Dapat berupa iskemia, embolik, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
Penyumbatan dapat terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :
a)      TIA’S (Transient Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b)      RIND (Reversible Ischemic Neurologis Deficit)
Gangguan neurologis setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
c)      Stroke in Volution atau Progressing Stroke
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
d)      Stroke Komplit atau Completed Stroke
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent dan tidak berkembang lagi.
            Selain itu, menurut klasifikasi uji coba The National Institute of Neurological Disorders Stroke Part III (NINDS III), berdasarkan penyebabnya stroke non hemoragik dibagi dalam 4 golongan, yaitu
a)      Atetrombotik : penyumbatan pembuluh darah oleh plak.
b)      Kardioemboli : sumbatan pembuluh darah oleh pecahan plak (emboli dari jantung.
c)      Lakuner : sumbatan plak pada pembuluh darah yang berbentuk.
d)     Penyebab lain yang mengakibatkan hipotensi.
Berikut beberapa jenis stroke yang biasanya terjadi pada manusia dewasa ini
-          Thrombotic Stroke, yang terjadi bila ada bekuan darah (thrombus) yang ter-bentuk di dalam arteri dan menghambat aliran darah ke otak.
-          Embolic Stroke, terjadi bila ada sebuah bekuan darah atau sebagian dari Plaque, yang terbentuk dalam pembuluh darah lain di tubuh, kemudian terpecah dan mengalir ke pembuluh darah otak. Pecahan ini yang akhirnya menyumbat sebuah arteri di dalam otak.
-          Lactunar Stroke, yang disebabkan adanya blockade atau sumbatan pada beberapa pembuluh darah kecil di dalam otak.
-          Cerebral Haemorrbage, yang terjadi bila arteri di otak pecah yang menyebabkan sel darah keluar dari pembuluh darah. Stroke jenis ini tidak ditandai dengan gejala awal (karena terjadi secara tiba-tiba). Biasanya terjadi akibat tekanan darah yang tinggi. Dapat juga terjadi karena adanya kelainan bawaan pada pembuluh darah.

  1. Faktor Risiko Stroke
Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor penyebab  media(misalnya, peningkatan tekanan darah) dan factor penyebab perilaku (misalnya merokok). Penyebab ini disebut ‘faktor risiko’.
Sebagian faktor risiko dapat dikendalikan atau dihilangkan sama sekali baik dengan cara medis, misalnya minum obat tertentu, atau dengan cara nonmedis, misalnya perubahan gaya hidup. Ini disebut faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Diperkirakan bahwa 85% dari semua stroke dapat dicegah dengan mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi tersebut.
Faktor risiko stroke terdiri dari dua hal yang pertama adalah faktor risiko mayor dan kedua adalah faktor risiko minor.
Faktor risiko mayor (faktor dominan) biasanya merupakan penyakit dan gangguan lain yang memang sudah bersarang di tubuh penderita stroke. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut
1.      Hipertensi (tekanan darah tinggi)
2.      Penyakit jantung
3.      Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis (gejala-gejala pengerasan pembuluh darah), gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh darah karotis, klaudikasio intermiten (nyeri yang hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada, dan lain-lain.
4.      Diabetes melitus (kencing manis)
5.      Polisitemia (banyak sel-sel darah)
6.      Pernah terserang stroke / iskemik sesaat
7.      Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah)
8.      Tingginya sel darah merah
9.      Gangguan pembuluh darah
10.  Penyakit katup jantung atau otot jantung yang disebut endocarditis
11.  Mengerasnya pembuluh arteri (aterosklerosis, atau penumpukan kolesterol pada dinding arteri)
12.  Ketidaknormalan irama jantung seperti artrial fibrilation
13.  Riwayat keluarga dan genetika
14.  Aneurisma intrakranium yang belum pecah
Sedangkan faktor risiko minor adalah faktor yang biasanya terjadi karena faktor gaya hidup dan pola makan penderita yang tidak memerhatikan berbagai akibat negatif dari pola dan gaya hidup tersebut. Faktor risiko minor ini antara lain
1.      Kadar lemak darah yang tinggi
2.      Hematokrit tinggi
3.      Merokok
4.      Kegemukan (obesitas)
5.      Kadar asam urat tinggi
6.      Kurang gerak badan/olah raga
7.      Fibrinogen tinggi
8.      Suku bangsa (negro/ Spanyol)
9.      Jenis kelamin dan penuaan
10.  Penyalahgunaan obat-obatan (narkoba)
11.  Stres dan depresi
12.  Makanan yang tidak sehat
13.  Kelebihan alkohol
14.  mendengkur dan apnea tidur
Selain faktor risiko di atas, ada juga faktor lain yang bisa mengakibatkan kemungkinan serangan stroke, misalnya penyakit sifilis, malaria otak, penyakit darah yang menyebabkan kekentalan darah meningkat, dan lain-lain. Namun, pada penemuan mutakhir, ada juga faktor risiko baru, yaitu perubahan endogen. Tingginya tingkat infeksi di Indonesia menyebabkan perubahan jaringan dalam tubuh yang bisa mendorong timbulnya stroke.
       E. Gejala dan Tanda Stroke
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan kerusakan otak beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai satu atau dua hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
Berikut beberapa dugaan atau kemungkinan stroke
-          mulut mencong (facial drop), untuk mengetes, caranya adalah dengan meminta pasien memperlihatkan giginya atau tersenyum. Jika normal kedua sisi muka bergerak simetris dan jika abnormal salah satu sisi muka tertinggal.
-          Gangguan bicara dan bahasa, untuk mengetes, pasien diminta mengatakan kalimat tertentu. Jika normal dapat mengucapkan kalimat dengan benar dan jelas dan jika abnormal bicara rero atau menggunakan kata yang salah.
-          Lengan lemah, untuk mengetes, pasien diminta menahan kedua lengannya lurus sekitar 10 detik, dengan mata tertutup. Jika normal kedua lengan daoat bergerak bersamaan dan sejajar dan jika abnormal salah satu lengan bergerak turun/ tidak sejajar.
-          Gangguan gerakan bola mata dan gangguan koordinasi.
Sedangkan gejala stroke yang masih ringan jika stroke terjadi, keluarga hendaknya segera membawa pasien ke rumah sakit. Saat dokter memeriksa seseorang setelah terserang stroke, dan tidak menemukan gejala dan tanda yang jelas padanya, kemungkinan ia terserang serangan iskemik sementara atau TIA atau stroke ringan. Dalam hal ini pasien akan pulih sedia kala dalam waktu kurang dari 24 jam setelah stroke terjadi, dan untuk mencegah terjadi stroke ulangan, pasien sebaiknya menjalani gaya hidup sehat serta mengonsumsi obat yang dapat menghancurkan sumbatan atau plak pada arteri.
Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut
-          adanya serangan defisit neurologis fokal, berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai, atau salah satu sisi tubuh
-          hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan, tungkai, atau salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah, terasa kesemutan, terasa seperti kena cabai, rasa terbakar
-          mulut, lidah mencong bila diluruskan
-          gangguan menelan : sulit menelan, minum suka tersedak
-          bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan, pelo, sengau, bicaranya ngaco, kata-katanya tidak dapat dipahami (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-sepatah yang terucap
-          sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
-          tidak memahami pembicaraan orang lain
-          tidak mampu membaca dan menulis, dan tidak memahami tulisan
-          tidak dapat berhitung, kepandaian menurun
-          tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
-          hilangnya kendali terhadap kandung kemih, kencing yang tidak disadari
-          berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil
-          menjadi pelupa (dimensia)
-          vertigo (pusing, puyeng), atau perasaan berputar yang menetap saat tidak beraktivitas
-          awal terjadinya penyakit (onset) cepat, mendadak, dan biasanya terjadi pada saat beristirahat atau bangun tidur
-          hilangnya penglihatan berupa penglihatan yang terganggu, sebagian lapang pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa nyeri, penglihatan gelap atau ganda sesaat
-          kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan terjatuh
-          pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau pendengaran berkurang
-          menjadi lebih sensitif : menjadi mudah menangis atau tertawa
-          kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
-          kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, sempoyongan, atau terjatuh
-          gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri (koma)
Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas. 

0 comments:

Total Pageviews

Search

Informasi

Jika Anda membutuhkan konsultasi terkait fisioterapi silahkan menghubungi melalui email physio.yuli@gmail.com

Artikel Populer