Plastisitas Otak
Plastisitas
adalah kapasitas dari system saraf pusat untuk beradapatasi & memodifikasi organisasi struktural & fungsional terhadap kebutuhan, yang bias berlangsung terus sesuai kebutuhan dan atau stimulasi.
Plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi
dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat
yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradabtasi terhadap kebutuhan
fungsional.
Mekanisme
ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive),
perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada
proses perkembangan dan kematangan system saraf. Tidak hanya terjadi pada kerusakan
otak seperti stroke, trauma kepala, tapi juga terjadi pada degenerasi otak seperti
pikun, alzheimer, dan sebagainya.
Untuk
memberikan gambaran tentang plastisitas, maka penulis memberikan ilustrasi dengan
membandingkan antara sifat plastisitas dan elastisitas.
Dari
gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Suatu
benda dengan bentuk awal segi empat jika diberi intervensi atau dimanipulasi untuk
membentuk segitiga, maka pada saat proses dilakukan benda berbentuk segitiga akan
tetapi pada akhirnya benda tersebut akan kembali pada bentuk awalnya, hal ini disebut
sebagai kemampuan elestisitas.
Jika
bentuk awal suatu benda berbentuk segi empat kemudian diberikan intervensi untuk
membentuk segitiga, maka pada saat proses dilakukan benda akan membentuk segitiga
dan juga menjadi bentuk akhir dari benda tersebut, hal ini disebut sebagai kemampuan
plastisitas.
Dengan
demikian jelas bahwa sifat elastisitas berbeda dengan sifat plastisitas. Sifat
elastic artinya kemampuan suatu benda untuk dapat kembali pada bentuk asalnya,
sedangkan sifat plastisitas menunjukkan kemampuan benda untuk berubah kedalam bentuk
yang lain.
Nilai
positif dari adanya sifat plastisitas adalah pada pasien stroke menjadi potensi
untuk dapat dikembangkan dan dibentuk sehingga dapat menghasilkan gerak yang
fungsional dan normal.
•
Plastisitas dari struktur anatomi
–
Regenerasi (regeneration)
–
Penyebaran kolateral (collateral
sprouting)
•
Penyesuaian fisiologis
–
Diaschisis
–
Peningkatan sensitivitas hubungansaraf
(denervation supersensitivity)
–
Pengefektifan sinapsislaten (silent
synapsis recruitment)
·
Cross modal plasticity meliputi:
– Aktivasi
bilateral dari system motoric
– Penggunaan
jalur ipsilateral
– Perekrutan
area motorik tambahan
Plastisitas
dikategorikan sebagai berikut :
·
Kemampuan plastisitas pemulihan spontan dan
reorganisasi mekanisme neural (perbaikanneurologis) yang berlangsung singkat
(fasediaschisis).
Diaschisis
(neural shock) atau pemulihan spontan :
o
Gangguan laten dari aktivitas neuronal
di dekat area kerusakan
o
Penurunan suplai darah dan metabolisme
o
Biasanya pasien menunjukkan gejala
flaccid
o
Pemulihan dini (3-4 minggu setelah lesi)
bias anya disebabkan oleh resolusi dari diaschisis
o
Hilangnya
edemaserebri, perbaikan fungsi sel saraf daerah penumbra, serta adanya kolateralà dapat terjadi dalam waktu yang tidak lama
·
Kemampuan plastisitas terus berlangsung apabila
dibutuhkan (regeneration, collateral sprouting, silent synapsis recruitment,
denervation supersensitivity).
Perbaikan yang terus berlangsung dalam beberapa bulan bahkan
beberapa tahun (plastisitasotak) :
o
Pengefektifan sinapsislaten (Silent
synapsis recruitment): Pembukaan jalur yang sebelumnya telah ada tetapi secara fungsional
terdepresi Ã
melalui belajar dapat dipanggil ketika sistem
yang biasa telah gagal
o
Peningkatan sensitivitas hubungan saraf
(Denervation supersensitivity): pasca sinapsis menjadi sangat sensitive sehingga
impulssaraf minimal mampu di terima, perubahan dalam konduksi dendrite termasuk peningkatan pengeluaran transmitter &
disinhibisi terminal
eksitatoris
o
Axonal regeneration
Terjadi regenerasi pada
serabut saraf dimulai dari proksimal menuju ke distal
o
Collateral sprouting (pertunasan kolateral)
Merupakan pertunasan dari sel yang
utuh / tidak rusak yang berdekatan dengan jaringan saraf yang rusak, kedaerah denervasi
setelah sebagian/semua input normalnya rusak. Pertunasan meningkatkan efektivitassinaptik
& menggantikan sinaps yang rusak sinap togenesis dinamis yang terus menerus
terjadi dalam keadaan normal
Faktor
yang mempengaruhi Pemulihan :
Ø Ukuranlesi
(luas vs sempit? umbra vs penumbra?)
Ø Umur
(bagaimanabayi vs orang dewasa vs lanjutusia?)
Ø Jenis
kelamin (bgmnlelaki vs wanita?)
Ø Tipe/perjalanan
kerusakan (mendadak vs perlahan?)
Ø Kematangan
dari area yang rusak
Ø Fungsidari
area tersisa
Ø Pengalaman
(didapat dari specific training)
Ø Pemakaian/latihan
motorik/ (dari therapeutic intervention)
Ø Lingkungan
Ø Intervensi
obat-obatan (pharmacotherapy)
Implikasi
untuk fisioterapis:
·
Pemulihan sebenarnya (true recovery)
pada otak mungkin terjadi pada situasi tertentu
·
Kompensasi mungkin bias lebih menonjol
disbanding dengan pemulihan sebenarnya
·
Bila kompensasi dikedepankan maka pemulihan
sebenarnya tidak akan terjadi
·
Fisioterapis harus tahu kapan mengembangkan
pemulihan sebenarnya atau kompensasi; pemulihan sebenarnya memungkinkan gerakan
fungsional yang efektif dan efisien walaupun akan terjadi kelambatan kemajuan gerak
fungsional
·
Intervensi dini lebih efektif dari pada intervensi
yang terlambat
·
Semakin intensfisioterapis semakin menghasilkan
outcome yang lebih baik
·
Efektifitas biaya
·
Pemulihan maksimal terjadi pada
masa-masa awal (golden period) tetapi pemulihan dapat terus berlangsung hingga beberapa
tahun (jangka panjang)
·
Semakin spesifik jenis latihan semakin baik
hasil fungsionalnya
·
Perlu kerjasama antar profesi rehabilitasi
dan jenis intervensinya
·
Perlu untuk selalu memantau perkembangan
up to date dan melakukan penelitian
Pengaruh
latihan motorik terhadap plastisitas
·
Studi pada hewan: latihan motorik memperkuat
hubungan neuron yang ada dan menciptakan hubungan yang baru
·
Pada manusia: latihan motorik menghasilkan
perubahan fungsional di dalamotak, seperti:
– Perubahan
aktivitas di level cortical
– Meningkatkan
vaskularisasi
·
Informasi yang masuk dan diterima memori
jangka pendek hanya merupakan fenomenabiolistrik yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam
·
Keberhasilan pembelajaran terjadi bila informasi
ditransfer ke memori jangka panjang dapat diingat lebih lama, malahan seumur hidup
·
Proses transfer informasi itu dapat melaluistrategi
latihan, ulangan, perhatian & asosiasi
·
Memori jangka panjang terjadi perubahan struktrur
otak dengan aktivitas gen, pembentukan protein baru & pertumbuhan cabang-cabang
sel neuron.
by Efi Tryana
0 comments:
Post a Comment