Tuesday, 4 September 2018

Part 1 - prinsip pemeriksaan

Rehabilitasi merupakan bagian konseptual yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu kondisi pemulihan pada fungsi fisik tubuh. Rehabilitasi fisik berkaitan dengan pemulihan kondisi fisik karena cidera atau disfungsi pada bagian tubuh tertentu.
Proses rehabilitasi fisik melibatkan berbagai profesi kesehatan yang dimana memiliki kemampuan medis masing-masing secara spesifik untuk menangani cidera pada atlet melewati perkembangan masa pemulihannya. Profesi medis yang berhubungan yaitu dokter, fisioterapi, pelatih atlet, nutrisionist, perawat, strength and conditioning specialist, coach, clergy, dan psikologis.

Sebelum memulai program rehabilitasi cidera pada atlet, wajib dimulai dengan melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap. Pemeriksaan fisik yang dilakukan sebaiknya juga keluar dari pemeriksaan yang secara umum dan spesifik untuk memastikan apakah ada temuan kondisi patologis lain dan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kondisi fisik atlet. Keputusan klinis yang ditegakkan sangat berpengaruh terhadap informasi yang dibutuhkan guna memberikan program rehabilitasi yang tepat pada pemulihan cidera pada atlet.

Pemeriksaan fisik yang spesifik dan menyeluruh yaitu pada kualitas lingkup gerak sendi, fleksibilitas otot, kekuatan otot, proprioception, postur, dan ambulasi dan pola gerak dalam berjalan, sebagai tambahan kriteria pemeriksaan yang spesifik dan akan menghubungkan berbagai problem yang berkaitan. Temuan pemeriksaan fisik dapat menghasilkan berbagai problem pada area tubuh lain yang dialami atlet paska cidera.

Rehabilitasi efektif terjadi ketika tenaga medis profesional melakukan koordinasi baik secara tertulis dan lisan dalam bentuk dokumentasi yang lengkap. Selain itu penelitian hasil medical record akan menjadi gambaran yang akurat pada kondisi atlet. Selanjutnya pastikan dokumentasi kondisi atlet sesuai dengan pemeriksaan dan secara berkala rekam kembali setiap perubahan status yang terekam. Hal ini sangat membantu tenaga medis lain dalam membutuhkan informasi sebagai dasar pertimbangan proses rehabilitasi atlet selanjutnya.

Berikut fondasi program rehabilitasi yang merupakan kunci dalam komponen pemeriksaan fisik
1. Riwayat
2. Pemeriksaan spesifik
a. Neurologi: sensasi lewat pemeriksaan dermatom, kekuatan melalui pemeriksaan myotome dan refleks
b. Muskuloskeletal: lingkup gerak sendi/kelenturan, strength,koordinasi,agility, tes khusus, dan tes performa fungsional.
c. Cardiopulmonal: laju respirasi, heart rate, pemeriksaan sirkulasi darah
d. Integumen: kondisi kulit, warna, dan temperatur
3. Assessment
a. List problem : goal jangka pendek (1-2 minggu) , goal jangka panjang (fungsional goal) dan rehabilitasi potensial
4. Rencana
a. Intervensi spesifik dan frekuensi dan durasi treatment
b. Mengurangi nyeri
c. Mengurangi proses inflamasi pada trauma
d. Mengembalikan aktivitas full dan bebas nyeri ROM
e. Mengurangi efusi
f. Mengembalikan kekuatan, endurance, dan power otot menyeluruh
g. Mengembalikan aktivitas fungsional bebas dari gejala seperti pada cidera awal.


Gambar di atas adalah respon tubuh dalam menghadapi cidera, dimana menjadi acuan program dalam rehabilitasi pasca cidera. Program rehabilitasi fisik baik secara konservatif atau post operasi sangat diperlukan bagi pemulihan fisik pada atlet untuk kembali berkompetisi tanpa mengganggu proses healing pada cidera yang dialami. Setidaknya ada dua goal pada program rehabilitasi yaitu menghindari dan mencegah terjadi imobilisasi atau disuse akibat cidera dengan mempercepat proses penyembuhan luka dan menghindari tekanan berlebih pada jaringan lunak lain. Jika program rehabilitasi tidak dilakukan secara penuh maka resiko atlet mengalami cidera ulang akan terjadi. Oleh karena itu persiapan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh sangat penting dilakukan sebelum memulai program rehabilitasi pada atlet yang cidera.





0 comments:

Total Pageviews

Search

Informasi

Jika Anda membutuhkan konsultasi terkait fisioterapi silahkan menghubungi melalui email physio.yuli@gmail.com

Artikel Populer