Tuesday, 30 December 2014

Oa lutut satu kaki atau bilateral merupakan kasus yang tidak mudah ditangani. Banyak jaringan di sekitar lutut yang dapat menjadi problema dari oa itu sendiri. Oa tidak zs hanya persoalan dengan pengeroposan tulang rawan sendi distal femur atau proximal tibia atau permukaan patela saja. Oa lebih dari sekedar itu.

Banyak sekali kasus oa lutut di departemen fisioterapi. Bermacam macam pula problemanya. Oa pada individu yang satu dan yang lainnya dapat berbeda. 
Secara garis besar, terdapat 2 jenis oa yaitu tibiofemoral joint dan patellofemoral joint. pada umumnya,gejala OA yang sering muncul yaitu nyeri, kekakuan, krepitasi, dan kelemahan. oa lutut sebagian besar dialami oleh wanita pada usia middle age.

faktor penyebab oa bisa dari life style seperti jarang berolahraga, merokok, obesitas, postur lutut yang valgus atau varus,penyimpangan bentuk telapak kaki, dan sebagainya.
sudut pandang fisioterapi pada oa lutut lebih khusus  pada nyeri  yang disebabkan oleh stretch ligament collateral, kompresi antar  endplate tibia dan femur atau  endplate patella dan femur, spasme otot pes anserinus, otot quadriceps, dan pemendekan hamstring, stimulus saraf pada ujung-ujung rawan  sendi akibat penipisan, pengentalan ccairan sinovial sendi, dan sebagainya. 

krepitasi yang muncul sebagai akibat dari pengentalan cairan sinovial sendi lutut. Oa itu  sendiri sulit  disembuhkan. pengeroposan yang sudah terjadi pada rawan sendi tibia-femur atau patella-femur tidak dapat dikembalikan secara normal. bila kerusakan rawan sendi parah hingga antar endplate menyatu maka harus diganti sendi lututnya dengan sendi artifisial. penggantian sendi lutut dikenal dalam dunia medis sebagai knee replacement. 

peran fisioterapi secara khusus pada oa lutut yaitu memaksimalkan fungsi lutut melalui program fisioterapi, mencegah pengeroposan lebih lanjut, dan memelihara fungsi lutut. program fisioterapi pada oa serta merta tidak cepat memberikan hasil bila kerjasama antara pasien dan fisioterapis tidak maksimal, dalam arti terjadi discharge atau pemberhentian program fisioterapi secara sepihak. diperlukan tahap yang berurutan dan sistematis berdasarkan problema untuk medapatkan hasil yang terbaik. baik fisioterapi dan pasien harus saling bekerjasama dengan baik karena problema oa lutut itu sendiri cukup kompleks. 

Tuesday, 16 December 2014


Bangun tidur langsung tidak dapat menoleh ke kiri atau ke kanan, otot otot leher terasa kaku dan nyeri satu sisi. Nyeri yang dirasakan pada satu sisi leher disertai kekakuan hingga ke otot pundak. 

Fenomena ini disangka sebagai salah bantal. Kepercayaan salah bantal ini bisa dibereskan dengan memukulkan bantal 3 kali ke bagian leher yang nyeri. 

Kepercayaan mengenai salah bantal ini salah. Yang sebenarnya terjadi adalah ketika tidur, posisi leher Anda terlalu statis dan lama pada satu sisi sehingga menyebabkan penguncian sendi dan ketegangan otot di satu sisi leher. Akibatnya terjadi spasme dan peradangan pada sisi leher tersebut dan menyebabkan keterbatasan gerak leher ke sisi kontralatetal. 

Lalu bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk mengobati keluhan ini? Lakukan massage gentle pada seluruh otot otot leher pada sisi yang mengunci dan untuk penyembuhan lanjutnya, berkonsultasilah ke fisioterapi Anda. 

Saturday, 22 November 2014


Bagaimana peran fisioterapi pada kondisi post operasi patah tulang?

Setelah dilakukan pembedahan dan penyambungan fragment tulang pada fraktur, selanjutnya pasien akan diberikan fisioterapi. Fisioterapi pada post operasi fraktur yaitu bertujuan untuk: 
1. Mengembalikan fungsi bagian tubuh yang mengalami patah tulang
2. Memelihara kekuatan otot dan daya tahan otot di sekitar bagian tubuh yang mengalami fraktur.
3. Melatih klien untuk dapat mandiri dalam beraktivitas
4. Meningkatkan ROM dan memelihara fleksibilitas dan ekstensibilitas otot 

Fisioterapi membantu klien dengan latihan pengembalian fungsi dan aktivitas sehingga klien mampu bergerak dengan mandiri dalam kondisinya tersebut.
Fase penyambungan tulang post operasi sendiri terbagi dalam beberapa tahap, dimana untuk ekstremitas atas pertumbuhan callus solid pada 4-6 bulan dan pada ekstremitas bawah 8-12 bulan.
Dengan fasiliitasi latihan yang diberikan fisioterapi, dapat membantu meningkatkan kondisi fisik klien.
Penggunaan alat bantu untuk menunjang pergerakan klien sangat penting. Kondisi fraktur ekstremitas bawah, klien dilatin menggunakan kruk.

Monday, 17 November 2014

Siang ini saya akan berbagi mengenai gaya hidup dan postur tubuh. Sebelumnya, seluruh artikel di blog ini berisikan pembahasan yang keilmuan dan untuk sebagian yang berkunjung kesini pasti merasa bingung dengan seluruh artikel disini. Tapi jangan khawatir, kabar gembira pada siang ini, saya memutuskan untuk menuliskan artikel yang berisikan informasi seputar kesehatan secara umum dengan gaya bahasa yang lebih enak dimengerti oleh siapa saja yang mampir kesini.

Oke, langsung saja.. 
Gambar di atas merupakan posisi duduk dalam posisi anatomi yang baik, dimana seluruh sudut dalam posisi tepat. Siku 90 derajat memberikan efek rileks pada lengan atas, bahu, dan lengan bawah, sudut pinggang bawah dan punggung atas dengan sudut cekungan yang tepat dimana otot-otot postural punggung bekerja dengan tepat menahan posisi tulang belakang, sudut panggul dengan putaran ke depan yang tepat sehingga pinggang tidak mudah lelah dan otot bokong menopang dengan baik. Otot postural dan otot phasic bekerja secara seimbang sehingga tubuh tidak mudah lelah. Namun, duduk terlalu lama dan statis dapat menyebabkan kelelahan, duduk dalam posisi anatomis setidaknya dapat mencegah kelelahan dan nyeri pada pinggang, leher, bahu, dan punggung atas. 



Duduk dengan posisi sudut yang tidak tepat akan seperti gambar diatas, akan menyebabkan berbagai masalah pada leher, punggung atas, bahu, pinggang bawah, dan panggul. Oleh karena itu. Postur tubuh yang baik harus selalu diperhatikan terutama dalam beraktivitas sehari- hari. 

Gaya hidup manusia yang dinamis saat ini, memungkinkan berbagai resiko dan gangguan kesehatan selalu menyertai. Kebiasaan tubuh dalam bersikap dan pola makan yang tidak teratur sering menjadi momok pada suatu hari. Pembentukan postur tubuh tidak serta merta terjadi dalam waktu singkat, waktu yang lama dan sering dapat memacu timbulnya perubahan postur tubuh yang salah. 

Menjaga sikap tubuh dan makan teratur dengan pola makan yang baik dapat mencegah terjadinya masalah pada tubuh.

Sunday, 16 November 2014

Pemeriksaan fisioterapi secara garis besar terdiri atas pemeriksaan dan evaluasi yang selanjutnya menentukan diagnosa, planning, intervensi, dan evaluation. 

Pemeriksaan fisioterapi dipilah berdasarkan bagiannya yaitu muskuloskeletal, kardiovaskuler, neuromuscular, pediatri, sport injury, geriatri, dan pemeriksaan umum. 

Pemilahan pemeriksaan ini berkaitan dengan kondisi yang ada. Secara umum, pemeriksaan fisioterapi untuk menentukan diagnosa yang selanjutnya akan dilakukan perencanaan dan intervensi. Untuk mendapati penegakan diagnosa yang benar, maka dilakukan pemeriksaan umum.

Pemeriksaan umum fisioterapi dengan medis secara umum sama seperti:
1. Pemeriksaan tekanan darah
2. Pemeriksaan denyut nadi
3. Pemeriksaan pernapasan
4. Pemeriksaan inspeksi tubuh berdasarkan posisi anatomis pada saat berdiri, duduk, dan berjalan. Inspeksi kulit, gerak napas, memakai alat bantu?, dan sebagainya
5. Pemeriksaan sensasi
6. Pemeriksaan refleks tendon ( kasus khusus)

Pemeriksaan umum di atas merupakan pemeriksaan yang sama dengan medis dokter. Pemeriksaan umum fisioterapi secara khusus yaitu dengan melakukan pengukuran:
1. Pemeriksaan dengan pengukuran range of motion sendi
2. Pemeriksaan end feel sendi
3. Pemeriksaan dengan plumb line untuk postur
4. Pengukuran lengkungan tulang belakang dengan metode cobs dan flexible ruler
5. Pemeriksaan pengukuran panjang hamstring.
6. Pemeriksaan keseimbangan dengan pengukuran keseimbangan 
7. Pengukuran nyeri
8. Pemeriksaan reach and function test pada shoulder
9. Pemeriksaan pengukuran agility
10. Pengukuran nyeri dan fungsi regio gerak extremitas
 Dll 



Wednesday, 12 November 2014

Scapula manipulation

Knee manipulation

Thoraval manipulation
Miofascial manipulation
Pattella manipulation
Hip manipulation
Thoracal manipulation
Calcaneal manipulation
Lumbal manipulation


Monday, 10 November 2014

Sebagian besar dar Anda pasti mempunyai kebiasaan menyentakkan leher, dimana kita mempersepsikannya dengan rasa yang nyaman dan lega dari kelelahan tubuh terutama di daerah pundak dan leher. Membunyikan leher dengan cara yang keras, tiba-tiba, dan menimbulkan bunyi letupan sendi yang keras dimana kepala diputar ke satu sisi dan disentak.

Amankan membunyikan leher?

Membunyikan leher sungguh tidak aman. Banyak dampak yang timbul dari kebiasaan ini. Dampak yang timbul bisa jangka pendek dan jangka panjang.  

Dampak jangka pendek yaitu dapat menimbulkan cidera pada sdi, otot, diskus, ligament, sampai tulang akibat hentakan yang tiba- tiba dan keras. Cideranya jaringan tersebut dapat menimbulkan keterbatasan gerak leher dimana gerak leher tidak mampu ke sisi sebaliknya. Tekanan dari hentakan sendi leher tersebut membuat celah sendi menyempit dan mengikis sendi di atas atau di bawahnya sehingga terjadi kerobekan pada ligament dan atau otot. Nyeri yang timbul berupa nyeri akut, bengkak, dan panas.

Dampak jangka panjang

Membunyikan sendi yang terus menerus setiap hari dalam waktu lama dapat membuat sendi menjadi tidak stabil gerakannya dan cenderung mudah mengunci karena gerak sendi terlalu berlebihan. Selain itu, terjadi pengikisan tulang rawan sendi yang lambat laun, rawan sendi mengalami pengeroposan yang dikenal dengan pengapuran leher. Akibat lainnya terjadi iritasi saraf yang keluar dari ruas leher. Iritasi saraf yang dapat disebabkan oleh hernia nucleus pulposus, pengapuran sendi, penguncian sendi, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kebiasaan menghentakkan leher. Hernia nucleus pulposus dapat saja terjadi karena diskus menonjol oleh ketidakmampuannya menahan beban gerak leher akibat hentakan yang keras tersebut. Penonjolan diskus menekan saraf. Nyeri disertai kesemutan hingga ke lengan akan terasa mengganggu dan dapat menimbulkan spinalb cord injury bila seluruh saraf tertekan komplit. 

Jadi? Apakah Anda masih akan meneruskan kebiasaan membunyikan leher? 




Thursday, 6 November 2014

Definisi 

Stroke adalah kematian sel atau daerah di otak karna pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah di otak yang mengakibatkan kelumpuhan motorik dan atau sensorik. 

Jenis stroke

1. Stroke non hemorage yaitu karna pembuluh darah di otak tersumbat oleh trombus atau plak pada dinding pembuluh darah bisa karna timbunan lemak.
2. Stroke hemorage yaitu pecahnya pembuluh darah di otak karena pembesaran dinding pembuluh darah seperti kantong balon yang dikenal aneurisma.


3 Penyakit yang banyak menyebabkan stroke

1. Hipertensi
2. Diabetes
3. Kolesterol tinggi

Tanda dan gejala stroke

Stroke non hemorage : pada saat terserang, penderita merasa tangan atau kaki pada satu sisi lemah atau sulit digerakan. 

Stroke hemorage: pada saat terserang, penderita akan pingsan karena darah keluar ke area otak, penderita sebagian mengalami koma. 

Tanda post stroke

1. Sebagian sisi tubuh sulit bergerak
2. Mulut mencong dan sulit berkumur
3. Spastic atau flaccid


Manfaat exercise bagi post stroke

1. Mengembalikan sinyal gerak dengan melatih extremitas dan tubuh agar area otak yang masih belum terpakai selnya akan belajar untuk aktif menggantikan sel yang mati.
2. Edukasi bagi klien untuk mandiri dalam kesehariannya
3. Mempercepat perbaikan pola gerak tubuh ke arah pola gerak normal.

Masa terbaik untuk exercise post stroke yaitu  hari kedua sampai 3 bulan pertama agar cepat pemulihan geraknya. 

Sunday, 2 November 2014


Cidera dalam aktivitas bekerja dan atau berolahraga membuat jaringan tubuh tersebut mengalami luka yang mengeluarkan zat zat iritan nyeri dan kemudian muncul 5 tanda peradangan yaitu merah, hangat, bengkak, nyeri, dan penurunan fungsi. Peradangan ini dikenal dengan peradangan akut. 

Pada gambar di atas menjelaskan bahwa cidera awal dan cidera kedua karena trauma dan berkaitan dengan proses peradangan dan repair. Cidera awal yang merupakan hasil dari trauma yang secara langsung pada sel tersebut. Cidera kedua ( terkadang dikenal sebagai hypoxia kedua) yang merupakan respon tubuh terhadap trauma. Respon ini meliputi penurunan sirkulasi darah pada regio trauma yang menyebabkan vasokontriksi, yang menurunkan jumlah oksigen pada area cidera. Selain itu, sel tambahan mati karena secondary hipoxia; kematian sel berkembang menjadi hematoma. 

Degenerasi sel atau kematian sel melepaskan substansi potensial yang dapat merubah peredaran darah. Sebagian besar substansi histamin yang meningkatkan permeablitas pembuluh darah kapiler dan membiarkan cairan dan sel darah melepaskan diri ke dalam celah interstitial. Pada area noninjury, plasma dan protein darah melepaskan diri dari pembuluh darah kapiler oleh gerakan osmosis dan difusi ke dalam celah interstitial tetapi diabsorbsi. 
Sistem homeostatis tubuh menjaga coloid dalam sistem pembuluh darah. Trauma menimbulkan peningkatan permeabilitas jaringan kapiler sebagai hasil dari pelepasan sel enzim yang membiarkan plasma darah dan protein melepaskan diri dalam jaringan. Bersamaan dengan itu, konsentrasi koloid yang besar meningkatkan jaringan sekeliling membalikan pengaruh koloid. Lebih banyak lagi koloid menarik kembali cairan kebdalam pembuluh kapiler, koloid  keluar dari pembuluh darah menyebabkan cairan tambahan menjadi tertarik ke dalam jaringan interstitial menimbulkan pembengkakan dan edema. 

Reaksi tubuh setelah cidera yaitu mobilisasi dan transportasi komponen pertahanan darah ke dalam area cidera. Pertama, aliran darah menurun, yang menimbulkan sel darah putih meningkat dalam pembuluh darah. Sel ini mengikuti dinding pembuluh darsh dan mengalir masuk ke jaringan interstitial. Ketika dalam jaringan sekeliling, sel putih memindahkan zat iritan oleh proses phagositosis. Neutrofil merupakan sel darah putih pertama yang keluar dan secara normal menghancurkan bakteri. Karena bakteri biasanya tidak berkaitan dengan cidera atletik, neutofil ini mati. Kemudian macrofag muncul dan phagocit mematikan neutrofil, ael penghancur, fibrin, sel darah merah, dan penghancur lainnya yang menghalangi proses repair. Sayangnya, destruksi neutrofil menghasilkan pelepasan enzim ptoteolitik aktif yang dapat menerang jaringan sendi. Selain itu, proses natural tubuh terhadap racun dan zat asing, proses panjang ini akan merusak sekeliking struktur sendi. 

Setelah proses pertahanan inflamasi selesai, proses repair akan dimulai. Pembersihan macrofag dan repair terjadi secara simultan. Bagaimanapun, untuk proses repair dapat tejadi, hematoma harus dihilangkan untuk pertumbuhan jaringan baru. Ukuran hematoma atau jumlah eksudat secara lansing berkaitan drngan total waktu penyembuhan. Jika jumlah hematoma dapat dikurangi, proses penyembuhan dapat berjalan lebih awal dan waktu total penuembuhan dapat berkurang. 


Friday, 31 October 2014

Cuboid syndrome merupakan displacement os. Cuboid oleh otot peroneus longus. Kejadian dapat gradual atau traumatik. Nyeri akut dan hipomobiliti dapat terjadi karna trauma atau kontraksi powerful dimana saat ankle pada posisi plantar fleksi dan inversi. Dalam ruang lingkup peroneus longus ialah pada saat ketidakberuntungan mechanical dan menarik bagian lateral cuboid ke dorsal dan medial plantar.

Tanda dan gejala cidera ini yaitu nyeri layeral ankle terutama saat fase midstance. Hasil pemeriksaan ditemukan hipomobility calcaneocuboid joint. Test traksi aduksi atau supinasi pada calcaneocuboid joint positif. 

Treatment yang dilakukan yaitu mengembalikan athrokinematik cuboid ke arah normal dan mencegah trauma berulang. Ice massage atau cold whirlpool bath dan manipulasi os. Ciboid. Setelah restorasi cuboid pada alignmentnya semula, perlu balance exercise dan penggunaan pad pada sepatu untuk mengurangi stress pada mettatarsal 4 dan articulotio cuboid. 


Kompresi dan tekanan berlebih pada sirkulasi neurovaskular antara caput metatarsal dapat menimbulkan pembengkakan berbentuk tumor kecil pada jaringan fibrous yang dikenal dengan morton tekananintermetatarsal neuroma. 

Tekanan dan himpitan neurovaskular antara caput metatarsal dan ligament transversal metatarsal terjadi pada ankle yang hipermobile selama midstance dan propulsion. 

Keluhan utama kasus ini yaitu numbness, tingling, atau sensasi terbakar pada forefoot yang menjalar ke jari jari kaki. Lesi biasanya berada di antara metatarsal  3 dan 4 dan seringkali terasa ada ganjalan pada bawah kaki atau nyeri kejut saat berjalan. Nyeri dapat berkurang dengan sepatu dan dengan kompresi manual caput metatarsal. Gejala dapat meningkat dengan kompresi simultan pada caput metatarsal  dalam ruang transverse dan tekanan plantar pada celah interdigital sendi metatarsal. 

Keluhan nyeri dapat berkurang dengan pad yang diletakkan pada metatarsal antara proximal dan caput metatarsal dengan meningkatkan celah metatarsal dan mengurangi tekanan. Pemilihan sepatu harus dengan celah jari jari yang luas dan diselipkan alas ortotic untuk mengontrol hipermobility. 

lesi degeneratif pada tendon peroneal atau inflamasi pada pembungkus proteksi ankle yang umumnya dialami oleh atlet sebagai kompensasi dari overuse otot peroeus ini. patologinya yaitu akibat dari sprain lateral ankle kronik yang kedua kalinya atau terjadi pada atlet dengan hipermobuility sendi. pada kedua situasi  , tendon peroneus bekerja keras untuk meningkatkan stabilitas ankle.

FOOT POSTURE





KNEE POSTURE


PELVIC POSTURE


SPINE POSTURE
SHOULDER BLADE



NECK POSTURE

POOR POSTURE ACTIVITY




Saat ini nyeri lutut tidak hanya diderita para lanjut usia. Siapa pun dapat mengalami nyeri lutut. 
Nyeri lutut sangat mengganggu akifitas fungsional seseorang terutama mereka yang berprofesi sebagai atlet, penari, penyanyi, security, dan sebagainya. Keluhan lutut dapat berupa nyeri gerak, nyeri mengunci, nyeri menjalar ke kaki, bengkak, sulit berjalan, keterbatasan gerak, kekakuan, nyeri naik turun tangga, dan sebagainya. Nyeri sebagai gambaran yang tidak menyenangkan ini membuat keseluruhan performa seseorang terganggu. 

Pola berjalan dapat mengalami perubahan pola yaitu antalgic gait( jalan pincang) dan steppaged gait. Perubahan pola berjalana ini dapat menyebabkan perubahan postur dan tungkai bawah

Berbagai macm penyebab keluhan pada lutut yaitu:

1. Naik turun tangga yang overuse
2. Gerakan olahraga yang tidak siap atau salah
4. Kurangnya konsumsi kalsium

Diperlukan pemeriksaan khusus untuk mendiagnosa keluhan lutut. Keluhan nyeri lutut sendiri hanya merupakan signal bahwa terjadi masalah pada jaringan area lutut. 

Berikut gambaran lokasi jaringan yang mengalami masalah pada lutut.

Dari gambaran tersebut di atas dapat kita pilah yaitu
Dari segi regio anterior lutut beberapa masalah yaitu:
1. Tendinitis quadriceps yaitu peradangan pada tendon quadriceps yang berada tepat di atas pattela. Tendinitis ini disebabkan oleh kesalahan gerakan melompat atau berlari, overuse lutut, dan repetitif injury. 
Pemeriksaan gerak fungsional lutut seperti melompat, quadriceps test, stretching test, palpasi tendon quariceps positif. Akibat dari tendinitis ini yaitu penurunan aktivitas fungsional dan performa dan keterbatasan gerak.

2. Jumpers knee
Merupakan keluhan nyeri lutut tepat di patellar tendon. Tendon ini berada di bawah patella. Penyebab utama jumpers knee ini yaitu seringnya aktivitas melompat yang mengiritasi tendon pattelar. Iritasi ini menyebabkan kerobekan microscopic atau macroscopic pada pattelar tendon. Keluhan ini sering dialami oleh pemain basket, volly, volly pantai, pelompat, dan orang awam yang sering berlari melompat di tangga.
Patofisiologi singkat terjadinya jumpers knee ini yaitu pada saat melompat, tendon pattelar mengalami ketegangan maksimal dan meregang menahan tekanan overload dari hentakan saat melompat. Terjadi kerobekan microscopis atau macroscopis pada tendon tersebut dan mengalami peradangan. Pasa awal terkena, akan mengalami peradangan akut dengan khas 5 ciri yaitu bengkak, nyeri, merah, panas, dan penurunan fungsi. Jika  berlangsung lebih dari 2 minggu akan mengalami peradangan kronik dan jaringan kerobekan tendon tersebut mengalami scar dan pengkakuan serabut tendon. Perlu latihan pengembalian dungsi lutut dengan fisioterapi yang teratur.
3. Osteoartritis lutut
Keluhan ini banyak diderita wanita usia 50th ke atas. Penyebabnya terjadi pengeroposan tulang rawan sendi dari distal femur atau proximal tibia sehingga mengeluarkan zat iritan nyeri. Permukaan rawan sendi yang mengalami pengelupasan akan tumbuh tulang baru yang tidak simetris dan tajam sehingga dapat mengiritasi jaringan sekitar lutut seperti otot dan ligament. Bentuk lutut yang valgus dan atau varus dapat mnyebabkan gerusan satu sisi lutut sehingga mempercepat proses pengeroposan tulabg rawan sendi dan selain itu berat badan yang overrweight ikut menjadi penyebab. Pengeroposan rawan sendi ini mengakibatkan pengentalan cairan sendi sinovial lutut sehingga mudah terjadi pengkakuan dan bengkak pada lutut. Khas keluhan ini yaitu morning sickness, yaitu nyeri dan kaku saat bangun tidur di pagi hari. 
Pengapuran dapat menyebabkan deformitas bentuk lutut. Ligament sekitar lutut mengalami unstable karna stabilitas pasif lutut berubah dikarenakan tumpuan lutut yang berubah dengan menghindari nyeri saat berdiri dan berjalan. Khas pola berjalan osteoarthrits ini yaitu antalgic gait dan postural khas yang terbentuk yaitu monkey stepgait, yaitu cara berjalan seperti kera karena menhindari nyeri lutut dan berat badan yang overweight memaksa tumpuan ke lateral ankle. 

4. Chondromalacia pattela
Yaitu iritasi dan pengelupasan permukaan pattela di lateral atau medial pattela. Keluhan ini disebabkan oleh kerja pattela yang overuse dan overload saat aktivitas naik turun tangga. Pattela merupakan tulang sesamois terbesar di tubuh yang berada tepat di lutut. Ia bergerak menyesuaikan gerak lutut. Patella sendiri melekat pada lutut dihubungkan oleh tendon quadriceps, pattelar tendon, ligament collatetal anterior, posterior, lateral, dan medial. Kedudukan pattelar menjadi kuat dan mampu menahan stabilitas gerak lutut. Namun, bila penggunaan lutut yang berlebihan terutama naik turun tangga, dapat mengiritasi permukaan pattela, selain tu bentuk lutut yang valgus atau varus dapat menjadi penyumbang chondromalacia pattela. 
Pemerikaaan khusus untuk chondromalacia ini yaitu compression pattelar, palpasi permukaan medial dan lateral pattela, quadriceps test. 
Keluhan ini menyebabkan kelemahan otot quadriceps dan otot sekitar lutut.

5. Meniscus tears
Merupakan kerobekan pada meniscus akibat over gerakan menekuk disertai rotasi pada lutut. Meniscus ada dua yaitu lateral dan medial. Bantalan ini berfungsi meredam tekanan pada lutut secara pasif. Sering terjadi pengelupasan meniscus yang menimbulkan locking phenomena yaitu corpus libera yang lepas dan mengunci lutut. 
Meniscus ini terletak di proximal tibia yang menyerupai bantalan  dimana meniscus medial berbentuk O dan lateral berbentuk C. 
Tes yang khas untuk menemukan keluhan meniscus ini yaitu meniscus test dan fleksi rotasi lutut posisi berdiri.

6. Anterior crusiatum ligament tears
Merupakan unstable atau iritasi dri lig acl. Khas dengan nyeri menumpu dan sulit berjalan, biasanya disertai bengkak pada lutut. 
Pemeriksaan khusus yaitu anterior drawer test, dimana ditemukan unstable pada lutut dan test dengan lutut ditekuk 90 derajat saat posisi tidur terlentang, ditemukan penurunan lutut karena lig acl mengalami masalah. 

7. Posterior crusiatum ligament tears
Merupakan kebalikan dri acl, dimana yg terkena lig posterior.



Tuesday, 28 October 2014




Jumpers knee ini istilah kerennya dari tendinitis tendon quadriceps yang melekat persis di bawah patella. Keluhannya biasanya nyeri naik turun tangga, nyeri berjalan, nyeri berjongkok, nyeri berlutut. Penyebab dari jumpers knee ini yaitu iritasi dari tendon quadriceps yang bermula dari microrupture dari serabut tendon yang bisa dikarenakan oleh aktivitas olahraga dan bekerja dengan menggunakan lutut secara overuse dan repetitif injury.

Dari awal kejadian sampai berlanjut melalui fase akut hingga kronis yang tidak dapat disepelekan karena dapat menyebabkan penurunan performa dan aktivitas akibat dari penurunan kekuatan dan daya tahan otot sekitar lutut. Lebih lanjutnya akan menyebabkan postural problem. Tendinitis sendiri memiliki 3 grade yaitu microruputur, half rupture, dan full rupture. Fisioterapi dapat menangani scara langsung pada fase mictrorupture dan half rupture. Sedangkan full rupture harus melalui prosedur operasi untuk penyambungan tendon kembali dan setelah itu dapat dilakukan proses fisioterapi untuk mengembalikan fungsi lutut.

Lutut merupakan penopang berat badan dan poros untuk berjalan. Fungsi lutut sangat penting. Olehkarena itu, seetalah berkunjung ke fisioterapi Anda jika mengalami masalah apapun terutama pada lutut Anda.



Gluteal pain syndrome merupakan kumpulan gejala nyeri syndroma pada regio gluteal atau bokong. Keluhan utama berupa nyeri terutama pada saat duduk dan berjalan. Gluteal sendiri secara anatomi disusun oleh pelvic sebagai dasar fondasi, dimana pelvic tersusun atas sacrum dan hip. Pelvic membentuk sacroiliaka joint anterior dan superior yang memiliki gerak khas nutasi atau forward dan kontranutasi atau backward dan slip. Regio sacrum tidak memiliki otot murni. Ia dibentuk oleh otot gluteal yang membentuk lapisan lapisan kuat untuk menahan pelvic dan isi organ dan perkemihan. Pelvic sendiri khas dengan otot dasar panggulnya yang dikenal dengan pelvic floor. Otot ini menahan fondasi dan isi dari rongga perut, uterus, dan perkemihan. Lebih lanjutnya, pelvic merupakan poros mobility yang spesial karna ia menopang hip dan tulang belakang. Mobilitas pelvic dapat mempengaruhi bentuk postur.

Pelvic yang sangat khas ini dibentuk oleh otot abdomen dan otot gluteal yaitu m. Gluteus maximus, m. Gluteus minimua, m. Gluteus medius, dan m. Piriformis dan sebagainya. Bagaimana dengan gluteal pain syndrome itu sendiri?

Gluteal pain syndrome yang artinya kumpulan sindroma pada gluteal berupa keluhan berikut:
1. Nyeri saat duduk dalam posisi statis
2. Nyeri biasa disertai kesemutan hingga ke kaki
3. Nyeri saat akan ke berdiri dari posisi duduk
4. Terkadang nyeri saat berjalan terutama swing phase
Perlu pemeriksaan untuk menentukan penyebab utama menghasilkan penegakan diagnosa yang tepat untuk gluteal pain ini. Nah! Apa saja dugaan diagnosa dari gluteal pain ini?


1. Piriformis syndrome

    Sindroma ini dikarenakan iritasi dari otot piriformis yang dikenal dengan dompet sindrom. Penyebabnya yaitu seringnya duduk dengan dompet di saki belakang celana dalam posisi lama atau duduk lama pada kursi yang keras sehingga otot piriformis menjadi iritasi dan menekan saraf ischiadicus yang tepat melewati otot piriformis. Ciri dari piriformis syndrome ini yaitu nyeri duduk, kesemutan hingga ke kaki, dan nyeri saat kaki disilangkan.


2. Strain gluteus maximus


Merupakan nyeri pada otot gluteus dikarenakan hentakan keras pada saat kontraksi otot glutuea maximus saat berlari terutama pada atlet. Akibatnya terjadi microrupture dari otot gluteus maximus ini. Ciri khasnya yaitu nyeri berjalan terutama pada saat swing phase dan terkadang stand phase, nyeri duduk

3. Sprain ligament sacroiliaka posterior


Dikarenakan adanya hentakan keras pada saat dari posisi membungkuk ke tegak atau mengangkat benda dari lantai. Hentakan ini menyebabkan iritasi dari ligament sacroiliaka posterior. Nyeri akut menyebabkan kesulitan berjalan dan menegakkan tubuh.


4. Masalah pada proc. Sacrum


Biasanya terjadi micro fractur pada ujung sacrum atau tulang ekor. Harus dilakukan penegakan x ray untuk memastikan kondisi tulang sacrum ini. Biasanya akan dikeluhkan nyeri duduk dan nyeri saat ke berdiri dari posisi duduk.
Masih banyak lagi masalah pad gluteal. Untuk kepastian penegakan diagnosa, disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke fisioterapi Anda. 

Thursday, 31 July 2014



Sebagian besar orang mengeluhkan nyeri lutut dalam berbagai aktivitas seperti berjalan, duduk ke berdiri, naik atau turun tangga, melompat, berjongkok, menendang, dan sebaginya. Nyeri lutut merupakan sinyal bahwa terjadi masalah dalam lutut. Masalah tersebut dapat bersifat bahaya atau tidak. Lutut memiliki fungsi penting sebagai penghubung antara tulang femur dan tibia. Secara anatomi, lutut merupakan tulang sesamoid terbesar. Sesamoid yaitu bentuk tulang yang tidak beraturan dan biasanya tersebar di sekitar tulang utama.

Berikut 5 Fakta mengenai lutut
1. Lutut memiliki keistimewaan sebagai penopang berat badan.
    Berat badan yang ideal baik untuk kesehatan lutut. Ketika tubuh sudah mengalami overweight maka lutut 
    akan menahan berat badan yang berlebihan tersebut. Daya topang lutut terhadap berat badan memiliki
    batas maksimalnya. Oleh karena itu, setiap orang wajib menjaga berat badannya tetap ideal agar lutut
    tetap sehat.
2. Sistem Pelumas lutut
    Lutut memiliki cairan sinovial sendi yang bekerja melumasi sendi lutut agar gerak lutut dapat baik.
    Kekentalan cairan sinovial tergantung dari gerak lutut itu sendiri. Semakin banyak bergerak, drainase
    cairan sinovial semakin baik. cairan sinovial dapat terganggu bila lutut mengalami peradangan dan
    terjadi pengelupasan tulang rawan sendi. Akibatnya, cairan sinovial mengalami pengentalan dan dapat
    menjadi kering. Untuk menjaga keseimbangan cairan sinovial tetap baik, sebaiknya berjalan kaki rutin
    dan teratur,
3. Suhu lutut
    Lutut memiliki temperatur 38 derajat celcius, dimana suhu ini merupakan temperatur yang normal di atas
    subuh tubuh manusia. Temperatur dalam lutut dapat mengalami peningkatan bila dalam lutut terjadi
    peradangan sehingga lutut terlihat membengkak.
4. Ligament sebagai stabilisasi pasif
    Ligament sebagai jaringan pengikat sendi lutut berfungsi membatasi gerak lutut ke arah yang berlebihan
    secara pasif. Ligament dan sendi lutut memiliki peredam tekanan yang baik. Bila terjadi gerakan berlebihan pada lutut yang membuat ligament tidak mampu menahan friksi dari gaya dan gerak lutut,
    maka ligament lutut dapat mengalami kerobekan yang menjadikan lutut tidak stabil dalam bergerak.
    Untuk menjaga keseimbangan fungsi ligament, perlu latihan fisik yang teratur.
5. Sistem otot lutut
   Otot berfungsi menggerakkan tulang dan tubuh secara aktif. Otot bekerja dengan kontraksi dan relaksasi, konsentrik-eksentrik. Lutut merupakan pertemuan origo dari otot quadriceps femoris, hamstring, dan iliotibialband yang selanjutnya origo ini menjadi sebagai stabilisasi aktif lutut dan meredam gaya friksi
 berlebihan pada sekitar lutut.

5 hal keistimewaan lutut ini dapat sewaktu-waktu mengalami gangguan bila kita tidak menjaganya dengan baik. Berjalan kaki secara teratur, berolahraga, mengkonsumsi kalsium pada buah, sayuran, dan suplement dapat menjaga kesehatan lutut. Aktivitas naik turun tangga perlu dikurangi karena naik turun tangga dapat menyebabkan kompresi berlebihan pada lutut. 

Thursday, 24 July 2014

Cervical root syndrome merupakan gejala berupa nyeri disertai kesemutan. Cervical root syndrome yaitu iritasi atau penekanan pada serabut saraf yang keluar dari ruas cervical yang menimbulkan nyeri paresthesia hingga ke lengan bawah. Sama halnya dengan low back pain, cervical root syndrome hanya merujuk pada kumpulan gejala yang masih belum pasti penyebab utama masalah pada struktur jaringannya secara spesifik.
Secara anatomi, cervical terdiri atas 7 corpus vertebrae dimana kurva cervical dalam bidang sagital lordosis sedangkan saraf yang keluar dari ruas cervical ada 8 pasang membentuk plexus cervicalis.

Struktur jaringan spesifik yang membungkus cervical dapat dilihat sebagai berikut
dapat diperhatikan, 8 pasang saraf yang keluar dari ruas cervical yang disebut saraf perifer membentuk plexus cervicalis mempersarafi bahu hingga ke lengan bawah. Beberapa kelompok otot meembungkus cervical dengan fungsinya masing-masing. 

Cervical secara khusus terdiri atas 7 ruas corpus yang dinamai dengan C1-C7. Antar ruas corpus dibatasi oleh discus yang berisi cairan nucleus pulposus, discus ini berfungsi untuk meredam tekanan pada gerak cervical. Untuk mempalpasi ruas cervical, terdapat proccessus spinosus yang menonjol. Antar proccessus transversus terdapat facet join yang berfungsi untuk membatasi gerak cervical. Cervical memiliki sendi uncovetebrae joint. Spesialnya, C1 disebut dengan atlas joint dan C2 disebut axis joint. Di cervical terdapat dens yang menonjol ke dalam. 

Cervical memiliki scalenus triangle yaitu segitiga yang dibentuk oleh otot scalenus anterior dan scalenus medial yang origonya melekat pada costa 1.  Segitiga scalenus ini dilewati oleh arteri axilaris dan plexus brachialis.
Berbagai struktur jaringan spesifik di atas dapat menyebabkan penekanan pada saraf yang keluar dari cervical. Adapun penyebab penekanan saraf cervical yaitu:
1. Discus
2. Facet
3. Scalenus triangle
4. Otot cervical.
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan khusus dan mendetail untuk menemukan penyebab penekanan saraf cervical ini. Cervical root syndrome hanyalah merupakan gejala. 

Total Pageviews

Search

Informasi

Jika Anda membutuhkan konsultasi terkait fisioterapi silahkan menghubungi melalui email physio.yuli@gmail.com

Artikel Populer