Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Kasus cidera hamstring sore merupakan cidera yang paling banyak
dialami oleh atlet-atlet olahraga seperti atlet angkat besi, pemain sepak bola,
pemain basket, pemain bulu tangkis, pemain voli, dan pelari (sprinter).
Kebanyakan dari mereka adalah atlet sepak bola dan sprinter(pelari cepat/jarak
pendek).
B. Identifikasi Masalah
Dalam kasus cidera hamstring
lebih banyak terjadi dikarenakan pada saat melakukan aktifitas fisik otot-otot penggerak terutama
pada otot-otot stabilisator banyak mengalami perubahan yang cukup signifikan,
dengan kata lain gerakan-gerakan yang cukup ekstrim dapat membuat terjadinya
overstretch pada otot tersebut sehingga terjadilah cedera pada otot-otot
hamstring. Jika pada salah satu anggota gerak saja mengalami suatu gangguan
yang pada awalnya terkesan tidak berarti itu merupakan dari suatu gejala adanya
masalah dari anggota gerak tersebut. Itu semua tidak jauh dari faktor-faktor
fisik yang bisa terjadi akibat dari aktifitas fisik, tuntutan pekerjaan dan
kegiatan lain sebagainya bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang
yang tidak terlatih sekalipun.
BAB
II
Kajian
Teori
C. Sejarah awal pelari sprinter
Bermula dari bangsa Yunani
yang sedang dilanda peperangan antara kaum Yunani dan Persia di kota Marathonas
Pulau Egina Yunani.Pasukan Persia mengalami kekalahan dan pasukan Yunani yang
memenangkan perang,memerintahkan salah seorang pasukannya untuk membawa pesan.
Si pembawa pesan berlari ke Athena sepanjang 40.8 km (25.4 miles) dalam sehari
untuk mengabarkan
kemenangannya sesampainya di kota sambil berteriak yang akhirnya pingsan dan
meninggal dunia. Untuk mengenang kemenangan perang tersebut dan menghormati si
pembawa pesan maka beberapa periode diadakan lomba lari dan semakin berkembang
menjadi olah raga prestasi modern dan terpecah menjadi berbagai cabang lari.Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia federasi athletik amatir internasional tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang atletik dengan nama Persatuan sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik.
kemenangannya sesampainya di kota sambil berteriak yang akhirnya pingsan dan
meninggal dunia. Untuk mengenang kemenangan perang tersebut dan menghormati si
pembawa pesan maka beberapa periode diadakan lomba lari dan semakin berkembang
menjadi olah raga prestasi modern dan terpecah menjadi berbagai cabang lari.Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia federasi athletik amatir internasional tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang atletik dengan nama Persatuan sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik.
A. Definisi pada pelari sprinter
Lari
cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan
kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400
meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat.
Menurut
Muhajir (2004) sprint atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta
berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Sampai dengan jarak 400 meter masih digolongkan dalam lari cepat atau print.
Menurut
Arma abdoellah (1981; 50) pada dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis
sama. Namun dengan demikian dengan adanya perbedaan jarak tempuh, maka
sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya.
Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah ‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi. Konsep yang dilakukan oleh pelari sprinter sama hal nya dengan pelari jarak jauh hanya saja yang membedakan adalah jarak tempuh yang di ambil oleh atlet tersebut.
Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah ‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi. Konsep yang dilakukan oleh pelari sprinter sama hal nya dengan pelari jarak jauh hanya saja yang membedakan adalah jarak tempuh yang di ambil oleh atlet tersebut.
B. Patofisiologi Hamstring Sore pd pelari sprinter
1. Definisi Hamstring dan anatominya
Hamstring
sebenarnya adalah gabungan dari beberapa otot ; yakni otot semi membranosus,
otot semi tendinosus, dan otot rectus femoris otot
hamstring merupakan otot yang terletak di bagian belakang paha tepatnya
disepanjang bagian belakang kaki dan akhirnya terselip pada bagian atas tulang
atas kaki, yaitu tibia dan fibula.
a.)
M.
Semimembranosus
terletak paling medial diantara ketiga otot hamstring
origo : tuberositas ishii
insertion : bagian posterior pada condylus medialis tibia
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; internal rotasi hip pada saat fleksi knee
b). M. Semitendinosus
terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris
origo : tuberositas ishii
insertion : permukaan atas bagian medial pada tibia
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; internal rotasi hip pada saat fleksi knee
c). M. biceps femuris
merupakan salah satu dari ketiga otot hamstrings, terletak paling lateral
origo : tuberositas ishii ; ½ distal linea aspera tulang femur ; bagian lateral
supra condylus
insertion : condylus lateral tibia ; colum femur
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; lateral rotasi hip pada saat fleksi knee
terletak paling medial diantara ketiga otot hamstring
origo : tuberositas ishii
insertion : bagian posterior pada condylus medialis tibia
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; internal rotasi hip pada saat fleksi knee
b). M. Semitendinosus
terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris
origo : tuberositas ishii
insertion : permukaan atas bagian medial pada tibia
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; internal rotasi hip pada saat fleksi knee
c). M. biceps femuris
merupakan salah satu dari ketiga otot hamstrings, terletak paling lateral
origo : tuberositas ishii ; ½ distal linea aspera tulang femur ; bagian lateral
supra condylus
insertion : condylus lateral tibia ; colum femur
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; lateral rotasi hip pada saat fleksi knee
Karena
otot hamstring ini melewati atau menyilang pada dua persendian yaitu persendian
pinggul dan lutut maka fungsi otot hamstring bervariasi. Misalnya, pada saat
terjadi kontraksi otot hamstring, pinggul akan menegang, menyebabkan posisi
paha menjadi membengkok ke arah depan tubuh kita, sejajar dengan thorax. Selain
itu, pada saat berjalan normal, hamstring akan menekuk lutut.
Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
2. Macam Cedera Olahraga
Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi pemulihan seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perlu ke prestasi puncak sebelum cedera. Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ) atau sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari derajat kerusakan yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan secara dini. Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sehingga penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat dicapai dalam waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi jaringan yang cedera agar tidak terjadi penecilan otot (atropi). Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera.
3. Klasifikasi Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).
c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.
Cedera pada otot hamstring
bisa menjadi tidak nyaman dan disruptive. Hal ini bisa menjadi suatu hal yang
sangat rumit dan bisa membesar karena hamstring sebagian besar kelompok otot
yang paling sering digunakan pada aktifitas sehari-hari. Cedera hamstring
biasanya seringkali terjadi kebanyakan pada para atlet, namun mereka juga dapat
mengenai pada orang biasa (orang yang tidak terlatih) biasanya selama latihan ]berlangsung.
Mengatasi cedera hamstring dapat biasanya dapat dilakukan di rumah, kecuali cedera
cukup parah untuk memerlukan perawatan dokter. cara terbaik untuk berurusan dengan
hamstring sakit, bagaimanapun, adalah dengan mencegah cedera sama sekali. Ini adalah bagian dari salah satu otot terbesar dan
merupakan otot yang paling kuat di dalam
anggota gerak tubuh bagian bawah, hamstring terletak di belakang bagian atas
kaki dan yang memperluas dari hanya di bawah pelfis hanya di atas tulang kering
atau betis atau lebih ke bagian posterior dibawah otot
gluteus maximus. Otot hamstring digunakan banyak pada aktifitas olahraga,namun
pada aktifitas atau kegiatan sehari-hari juga biasa digunakan. hamstring juga digunakan pada saat kita
melakukan aktifitas pada saat bermain, ketika kita melakukan gerakan ekstensi
hip untuk menggerakkan kaki kita dan itupun juga digunakan pada saat fleksi dan
ekstensi lutut. seperti yang Anda lihat, rasa sakit hamstring dapat
mempengaruhi beberapa gerakan sangat umum, bahkan pada orang yang relatif tidak
aktif.
4. Penyebab dan Mekanisme cedera
hamstring
Cedera hamstring paling
sering ditemukan pada orang yang sangat aktif, seperti atlet dan mereka yang berolahraga secara teratur. pelari sangat
rentan terhadap masalah hamstring, seperti juga penari dan pemain sepak bola.
cedera hamstring dapat terjadi ketika hamstring atas terlalu overeextensi atau terlalu
banyak bekerja, yang dengan mudah dapat mengakibatkan ketegangan atau kerobekan otot
hamstring. Mekanisme yang
paling umum dari cedera otot hamstring adalah selama adanya percepatan atau
perlambatan yang terlalu ekstrim atau secara tidak terkontrol dalam
kontraksinya. Dengan kondisi yang ekstrim tersebut otot di bebankan dengan jumlah terbesar dengan gaya eksentrik.
Kecepatan tinggi pada atlet tersebut cenderung mengalami masalah hamstring di
cross-over dari perlambatan eksentrik dari ekstensi knee. Untuk kontraksi
konsentrik cepat diperlukan melalui ekstensi hip.
Mekanisme
umum lainnya adalah pada posisi menendang atau \
posisi ekstensi knee, gerakan pada saat tiba-tiba melangkah, overstretch
dan hyperekstensi knee dari gerakan melompat. Otot-otot
hamstring merupakan struktur yang sering kali mengalami cedera. Gangguan
tersebut dapat berupa robekan atau regangan otot. Cedera hamstring paling
sering terjadi dalam olah raga seperti lari, sepakbola, basket, dll. Cedera
dapat ringan sampai berat. Pada cedera yang ringan, biasanya kita hanya mengalami
robekan kecil pada hamstring sehingga hanya mengalami perasaan seperti tertekan
pada paha bagian belakang. Pada cedera yang berat, terjadi apabila otot
hamstring terputus dan bahkan terpisah dari bagian-bagiannya sehingga akan
menimbulkan nyeri yang hebat hingga tidak dapat berjalan.
5. Tanda dan Gejala umum
-
Nyeri pada daerah cedera ( hamstring ), nyeri bertambah apabila digerakkan
- Bengkak pada daerah cedera ( hamstring )
- Kemerahmerahan di daerah cedera ( hamstring )
- Bengkak pada daerah cedera ( hamstring )
- Kemerahmerahan di daerah cedera ( hamstring )
Grade
pada cedera otot hamstring
♣ Grade 1:
• Mungkin memiliki keketatan (overstretch) di belakang paha.
• Mungkin dapat berjalan dengan normal namun akan terasa sedikit nyeri
• Bengkak minimal
• Fleksi knee melawan tahanan tidak menimbulkan nyeri
♣ Grade 2:
• Mungkin akan mempengaruhi pola jalan (picang)
• Mungkin terkait dengan twinges yang kadang-kadang mendadak sakit selama kegiatan.
• Terlihat pembengkakan
• Tekanan akan meningkatkan rasa sakit.
• Flexi knee melawan tahanan menyebabkan sakit.
• Mungkin tidak dapat sepenuhnya meluruskan knee.
♣ Grade 3:
• Sangat mempengaruhi pola berjalan, mungkin harus berjalan menggunakan kruk
• Sakit parah-terutama selama aktivitas seperti lengkungan lutut.
• Pembengkakan segera terlihat nyata.
♣ Grade 1:
• Mungkin memiliki keketatan (overstretch) di belakang paha.
• Mungkin dapat berjalan dengan normal namun akan terasa sedikit nyeri
• Bengkak minimal
• Fleksi knee melawan tahanan tidak menimbulkan nyeri
♣ Grade 2:
• Mungkin akan mempengaruhi pola jalan (picang)
• Mungkin terkait dengan twinges yang kadang-kadang mendadak sakit selama kegiatan.
• Terlihat pembengkakan
• Tekanan akan meningkatkan rasa sakit.
• Flexi knee melawan tahanan menyebabkan sakit.
• Mungkin tidak dapat sepenuhnya meluruskan knee.
♣ Grade 3:
• Sangat mempengaruhi pola berjalan, mungkin harus berjalan menggunakan kruk
• Sakit parah-terutama selama aktivitas seperti lengkungan lutut.
• Pembengkakan segera terlihat nyata.
0 comments:
Post a Comment